Penyakit skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang cukup sering dijumpai. Menurut WHO (World Health Organization), 3% populasi di seluruh dunia mengalami kondisi ini. Bahkan 70% kejadian kelainan tulang belakang pada usia anak dan remaja berupa skoliosis. Tetapi skoliosis dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun paling sering terjadi pada usia remaja yaitu dimulai pada usia 10-12 tahun. Kelainan tulang belakang lain yang juga sering dijumpai adalah hiperkifosis, dapat dibaca di sini ‘Aktivitas sehari-hari membungkuk dapat menyebabkan Kifosis.'
- Pengertian Penyakit Skoliosis
- Penyebab Skoliosis
- 1. Skoliosis idiopatik
- 2. Skoliosis kongenital
- 3. Skoliosis sindromik
- 4. Skoliosis neuromuskular
- 5. Skoliosis de novo
- Tanda dan Gejala Skoliosis
- Diagnosa Skoliosis
- Tujuan pengobatan skoliosis pada usia anak dan dewasa
- Pengobatan Penyakit Skoliosis
- Kelebihan Brace Skoliosis GBW
- Kondisi khusus pada Skoliosis
- Operasi Skoliosis
- Komplikasi Skoliosis
- Pertanyaan Seputar Skoliosis

Pengertian Penyakit Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang di atas 10 derajat pada gambaran x-ray. Secara garis besar istilah penyakit skoliosis dibagi menjadi struktural dan non-struktural. Skoliosis non-struktural atau fungsional terjadi karena penyebab yang sementara atau yang tidak berhubungan dengan tulang belakang itu sendiri, dan mengakibatkan tubuh membengkok ke samping saja.
Sedangkan pada skoliosis struktural, terjadi pembengkokan tulang belakang disertai perputaran (rotasi). Skoliosis yang kita bahas disini adalah skoliosis yang sifatnya struktural.
Penyebab Skoliosis
Skoliosis struktural juga dibagi lagi berdasarkan penyebabnya:
1. Skoliosis idiopatik
Skoliosis idiopatik adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan kelengkungan ke samping dan perputaran di ruas tulang belakang, pada pasien yang secara umum sehat-sehat saja, jadi artinya tidak ada penyakit lain yang mendasari terjadinya skoliosis. sebagian besar pasien yaitu sekitar 80% termasuk dalam kategori ini.
Penyakit Skoliosis idiopatik dibagi lagi berdasarkan usia terjadinya:
- Pada remaja / adolescent, biasanya dimulai di usia 10-12 tahun, dan merupakan kejadian tersering yaitu sekitar 85% dari seluruh skoliosis idiopatik. Skoliosis jenis ini lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
- Pada anak / juvenile, yaitu pada anak usia 3-9 tahun, dan mencakup sekitar 10% yang lebih sering dijumpai pada anak laki-laki.
- Pada bayi / infantile, yaitu pada anak di bawah 3 tahun, mencakup sekitar 4% dan juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Istilah idiopatik sendiri bukan berarti skoliosis tidak ada penyebabnya, melainkan karena belum diketahui penyebab pasti yang mendasari. Diduga berbagai faktor turut berperan dalam terjadinya skoliosis idiopatik, seperti faktor genetik, ketidakseimbangan pertumbuhan vertebra bagian anterior dengan posterior, ketidakseimbangan hormon melatonin, ketidakseimbangan hormon estrogen, paparan klorin, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya vitamin D3, dan berbagai faktor lain.
2. Skoliosis kongenital

Skoliosis kongenital merupakan kelainan perkembangan tulang belakang yang muncul sejak awal masa kehidupan janin dalam kandungan. Dapat disebabkan karena malformasi pada tulang vertebra, misalnya hemi vertebra, atau terjadi fusi antar ruas sehingga terjadi perputaran dan menarik tulang iga. Perburukan kurva pada skoliosis kongenital ditentukan oleh jenis anomali vertebra yang terjadi. Pada defek dengan potensi pertumbuhan asimetris yang jelas maka kemungkinan akan terjadi perburukan.
Skoliosis kongenital merupakan jenis kasus skoliosis yang sulit ditangani secara medis dan penanganan skoliosis kongenital memiliki kompleksitas yang lebih rumit dibandingkan skoliosis idiopatik.
3. Skoliosis sindromik
Skoliosis ini terjadi karena ada sindroma lain yang mendasari, sehingga skoliosis merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan dari kondisi dasarnya. Misalnya: neurofibromatosis tipe 1, sindrom Marfan, tumor, dan lainnya
4. Skoliosis neuromuskular
Skoliosis neuromuskular terjadi karena ketidakmampuan tubuh mempertahankan tonus dan postur akibat kelainan pada sistem saraf atau otot. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan penyakit cerebral palsy dan spina bifida.
5. Skoliosis de novo
Istilah “De Novo” artinya “baru”. Skoliosis de novo terjadi pada orang dewasa baik yang pernah mengidap skoliosis sebelumnya maupun yang tidak, disebabkan proses penuaan (proses degeneratif pada tulang belakang). Umumnya muncul pada usia di atas 40 – 50 tahun. Dengan bertambahnya usia, terjadi proses penuaan pada sendi-sendi dan ligamen-ligamen tulang belakang. Osteoporosis (pengeroposan tulang) juga dapat berperan dalam terjadinya skoliosis de novo. Kondisi ini menyebabkan tulang belakang pun bengkok. Berbeda dengan skoliosis idiopatik yang jarang menimbulkan keluhan nyeri pada anak-anak dan remaja, penderita skoliosis de novo sering mengeluhkan nyeri punggung bawah yang cukup mengganggu. Hal ini disebabkan menurunnya stabilitas tulang belakang dan kekuatan otot punggung pada orang tua.
Skoliosis degeneratif paling sering terjadi pada tulang belakang lumbar (punggung bawah). Seringkali disertai dengan gejala stenosis tulang belakang, atau penyempitan kanal tulang belakang. Yang menjepit saraf tulang belakang dan membuatnya sulit untuk berfungsi secara normal. Nyeri punggung akibat gejala skoliosis degeneratif biasanya dimulai secara bertahap dan dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan pasien.
Tanda dan Gejala Skoliosis
Tanda utama skoliosis biasanya terlihat pada tampilan tubuh seseorang. Kelengkungan lateral (ke samping) disertai terpelintirnya tulang-tulang tubuh, menghasilkan punuk pada tulang rusuk atau tonjolan pada pinggang. Selain itu juga dapat terjadi perubahan pada gaya berjalan.
Secara umum beberapa tanda skoliosis yang bisa anda waspadai, diantaranya:
- Bahu tidak rata, baik itu satu atau kedua bilah bahu mungkin menonjol
- Saat berdir tegak panjang tangan tampak lebih panjang sebelah
- Kepala tidak tampak di tengah, tetapi tertarik ke satu sisi
- Iga memiliki ketinggian yang berbeda / ada punuk
- Pinggang memiliki ketinggian yang berbeda
- Payudara tampak besar asimetris
- Tubuh terlihat miring saat berdiri atau berjalan
- Kaki datar
- dsb


Sedangkan untuk gejala yang dirasakan pasien skoliosis, bisa bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali hingga mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala yang dirasakan di antaranya:
- Nyeri punggung. Dalam satu studi, sekitar 23 persen pasien dengan skoliosis idiopatik mengalami nyeri punggung saat diagnosis awal.
- Nyeri leher
- Sakit kepala
- Sesak nafas. Karena perubahan bentuk dan ukuran toraks serta pola pernafasan asimetris yang sudah terbentuk, skoliosis idiopatik dapat mempengaruhi fungsi paru. Hal ini lebih penting lagi diperhatikan pada masa kanak-kanak seperti pada infantile / juvenile scoliosis karena pada periode ini sedang terjadi pertumbuhan alveolus paru yang cepat. Gangguan kardiorespirasi akan semakin meningkat pada kurva >90 derajat.
- Mudah lelah saat berjalan
- Gangguan cemas/depresi
Diagnosa Skoliosis
Skoliosis biasanya didiagnosa melalui pemeriksaan fisik dan x-ray, kecuali jika ada indikasi tertentu biasanya tidak diperlukan pemeriksaan CT Scan/MRI.
Diagnosa awal skoliosis bisa dilakukan secara kasat mata dengan melihat tampilan tubuh pasien, dan dengan pemeriksaan sederhana yang dikenal dengan Adam’s Forward Bending test. Pada pemeriksaan ini dapat terlihat adanya rotasi tubuh ditandai dengan punuk baik di bagian punggung maupun pinggang.

Penggunaan X-ray
Selanjutnya dilakukan x-ray pada posisi berdiri. X-ray merupakan pemeriksaan dengan radiasi untuk menghasilkan gambar bagian tubuh yang dapat menunjukkan struktur tulang belakang. Pada pemeriksaan x-ray dokter dapat mencari kemungkinan penyebab skoliosis lain seperti, yaitu infeksi, trauma / cedera pada tulang, dan lain-lain.

Melalui x-ray dokter dapat melihat bentuk kurva skoliosis, karena setiap pasien bisa memiliki bentuk kurva yang berbeda-beda. Terdapat 7 jenis kurva skoliosis menurut Augmented Lehnert Schroth yang dijadikan dasar diagnosis, dan setiap kurva ini membutuhkan penanganan khusus sesuai tipenya.

Selanjutnya dokter akan mengukur besar derajat kurva dengan metode Cobb. Semakin tinggi derajatnya, semakin parah tingkat kelainan tulang belakang yang dialami.
Secara umum keparahan skoliosis dibagi menjadi tiga:

- 10-25 derajat = skoliosis ringan
- 25-45 derajat = skoliosis sedang
- >45 derajat = skoliosis berat
Dokter juga dapat melihat tanda-tanda kedewasaan tulang dengan x-ray dengan melihat Risser sign, serta menanyakan tanda-tanda perkembangan seksual sekunder seperti usia awal menstruasi pada perempuan atau kapan pecah suara pada anak laki-laki.

Pemeriksaan tambahan MRI
Adanya rotasi pada tulang belakang menyebabkan struktur yang menempel pada tulang ikut berputar, sehingga secara fisik tampak adanya punuk di daerah punggung ataupun pinggang, tergantung lokasi puncak kelengkungan skoliosisnya. Pemeriksaan dengan MRI jarang dilakukan kecuali jika ada kecurigaan penyebab lain dari skoliosis, atau ada gejala neurologis yang mengganggu.

Tujuan pengobatan skoliosis pada usia anak dan dewasa
Tujuan pengobatan skoliosis pada anak adalah untuk mencegah perburukan skoliosis, mengurangi derajat kurva, memperbaiki tampilan tubuh dan fungsi tubuh, serta memperbaiki kepercayaan diri pasien. Pada usia anak, tulang masih bertumbuh sehingga masih ada kesempatan untuk melakukan koreksi pada tulang belakang secara lebih optimal.
Sedangkan pada usia dewasa dimana sudah tidak ada lagi pertumbuhan tulang, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah perburukan, memperbaiki tampilan tubuh, dan mengurangi gejala nyeri akibat skoliosis.
Walapun skoliosis terjadi lebih sering pada anak-anak, tetapi skoliosis dapat tetep berlanjut hingga usia tua. Dalam sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien skoliosis dewasa mengalami perkembangan. Biasanya terjadi pada pasien skoliosis dengan besar derajat >30-40, dimana dapat terjadi penambahan sekitar 0,5-1 derajat per tahun.
Pengobatan Penyakit Skoliosis
Pengobatan penyakit skoliosis ditentukan berdasarkan hal-hal di bawah ini:
- Usia dan kematangan tulang belakang – apakah tulang belakang pasien masih tumbuh dan berubah?
- Derajat kelengkungan – seberapa parah kurva dan bagaimana hal itu memengaruhi gaya hidup pasien?
- Lokasi kurva – menurut beberapa ahli, kurva toraks lebih mungkin untuk berkembang daripada kurva di daerah tulang belakang lainnya.
- Kemungkinan perkembangan kurva – pasien dengan kurva besar sebelum pertumbuhan remaja maka, lebih cenderung mengalami perkembangan kurva lebih cepat.
- Jenis skoliosis – apakah tipe idiopatik atau tipe lainnya
- Gejala yang dirasakan pasien – apa mengganggu kehidupan sehari-hari
Setelah melakukan assessment menyeluruh maka opsi perawatan penyakit scoliosis berikut yang mungkin direkomendasikan:
1. Pengamatan/observasi
Pada pasien dengan skoliosis ringan mungkin tidak memerlukan perawatan, apalagi pada usia dewasa. Namun, pada usia anak dengan derajat 10-15 derajat maka dokter masih khawatir kurva akan meningkat, sehingga disarankan pemeriksaan ulang setelah 6 bulan.
2. Latihan Schroth
Pada pasien usia anak dengan kurva di atas 10 derajat maupun pada pasien dewasa disarankan melakukan latihan Schroth yang merupakan terapi spesifik untuk skoliosis yang bertujuan melatih kekuatan otot agar lebih seimbang, mengurangi rasa dan memiliki postur tubuh yang lebih baik.
Latihan Schroth merupakan metode yang berasal dari Jerman, yang telah terbukti efektivitasnya dan diterapkan di berbagai negara sebagai terapi konservatif terbaik untuk skoliosis. Konsep latihan Schroth memfokuskan pada latihan pernafasan rotasional dan perbaikan posisi tulang belakang melalui posisi lordosis dan side shift.
Free Trial Latihan Schroth Untuk Skoliosis >> Klik disini

Latihan Schroth telah dikembangkan menjadi program latihan yang mudah dilakukan oleh pasien melalui program Schroth Best Practice. Sehingga saat ini pasien hanya perlu mempelajari gerakan latihan sesuai dengan kurva skoliosisnya, dan selanjutnya dapat mengerjakan latihan secara mandiri di rumah. Hal ini sangat memudahkan pasien dan membantu progress terapinya.
Program Schroth Best Practice juga mengajarkan pasien scoliosis untuk memanfaatkan prinsip Schroth dalam aktivitas sehari-hari yang disebut juga Activity Daily Living (ADL). Melalui ADL pasien belajar posisi istirahat dimana tulang belakang tetap berada dalam posisi korektif sehingga mengurangi beban asimetris pada tulang belakang dan bantalan antar tulang.
3. Brace skoliosis GBW
Pada anak dengan derajat kurva di atas 20 derajat, atau pada pasien yang telah lewat dari masa pertumbuhan tetapi memiliki skoliosis di atas 40 derajat maka disarankan menggunakan brace skoliosis GBW (Gensingen brace by Weiss).

Brace GBW adalah penyangga tulang belakang untuk penderita skoliosis yang berfungsi untuk mengkoreksi kemiringan dan perputaran tulang pada skoliosis, yang menggunakan teknologi 3D dari Jerman. Brace GBW bersifat rigid dan asimetris, yang dibentuk sesuai tipe kurva pasien skoliosis, sehingga bersifat spesifik dan efektif untuk memberi koreksi yang maksimal. Proses pembuatan brace ini juga cepat dan nyaman bagi pasien.


Terapi brace yang dilakukan sedini mungkin saat anak masih di fase awal pubertas dapat lebih efektif dalam mencegah perburukan skoliosis, dan bahkan berpotensi memberi koreksi yang lebih besar. Tidak jarang skoliosis derajat ringan-sedang (20-30°) bisa terkoreksi secara signifikan pada usia ini. Sedangkan pada usia dewasa walaupun tidak lagi bisa meluruskan kondisi tulang belakang, tetapi dapat mencegah bertambah parah scoliosis yang diderita dan masih dapat memperbaiki tampilan tubuh. Terapi dengan brace GBW tetap dilakukan sambil melakukan latihan Schroth.
Kelebihan Brace Skoliosis GBW
Kenapa penggunaan brace skoliosis GBW sangat efektif sedangkan brace tipe lainnya kurang efektif? Jawabannya adalah teknologi dan konsep yang digunakan Brace GBW sangat mutakhir dengan menggunakan pendekatan latihan korektif Schroth, dan di bawah pengawasan dokter Bedah Ortopedi dan Rehabilitasi Fisik dari Jerman, dr. Hans Rudolf Weiss.
Selain efektivitas brace yang tinggi, brace GBW ini juga lebih nyaman digunakan karena lebih ringan, dan tidak menekan di kedua sisi tubuh, sehingga tidak mengganggu gerakan pernafasan dan pasien masih dapat beraktivitas secara normal.

Brace GBW disarankan digunakan secara full-time yaitu 20-22 jam, dan akan disesuaikan durasi pemakaiannya sesuai perkembangan pasien.
Kondisi khusus pada Skoliosis
Skoliosis dan Kehamilan
Skoliosis pada ibu hamil seringkali menjadi salah satu kekhawatiran yang dimiliki oleh pasien skoliosis. Bahkan banyak pasien yang takut tidak dapat hamil atau kesulitan melahirkan akibat skoliosis yang mereka miliki. Pada dasarnya setiap kehamilan memiliki resiko, baik dengan ataupun tanpa skoliosis. Tetapi skoliosis tidak menyebabkan kemandulan dan tidak mengurangi kemungkinan untuk hamil.
Pada artikel berikut ini kami akan menjelaskan berbagai pertanyaan yang sering ditanyakan pasien seputar skoliosis dan kehamilan.
Skoliosis dan Persalinan
Skoliosis dapat mempengaruhi proses persalinan pada kondisi skoliosis yang berat, terutama jika kurva skoliosis terletak di daerah lumbar. Sehingga diperlukan adanya kerjasama dengan dokter kebidanan maupun dokter anestesi yang akan membantu proses persalinan. Tetapi secara umum biasanya pasien skoliosis masih dapat melahirkan normal, sehingga pertimbangan metode persalinan dilihat tidak hanya dari kondisi skoliosisnya tetapi juga ada tidaknya penyulit persalinan lain.
Olahraga pada Skoliosis
Pasien skoliosis tidak perlu takut untuk berolahraga, justru penderita skoliosis harus melakukan olahraga rutin untuk melatih otot tubuhnya sehingga bisa terhindar dari berbagai keluhan seperti nyeri dan pegal, dan membantu postur tubuh menjadi lebih baik. Olahraga yang disarankan adalah yang sifatnya low-impact seperti jogging, sepeda, berenang, dan olahraga dengan beban tubuh atau beban ringan untuk memperkuat otot punggung belakang. Selain itu juga penting melakukan peregangan otot agar kekakuan otot berkurang.

Ada juga beberapa gerakan yang harus dihindari pada penderita skoliosis. selengkapnya dapat dibaca disini https://kliniktulangbelakang.com/gerakan-yang-tidak-diperbolehkan-untuk-pasien-skoliosis/
Operasi Skoliosis
Selain dengan terapi konservatif, pengobatan penyakit skoliosis juga mungkin dilakukan dengan operasi. Operasi skoliosis dikenal dengan nama spinal fusion / fusi tulang belakang, bertujuan untuk mensejajarkan tulang belakang dan menyatukan dengan plat agar menjadi lebih tegak. Operasi skoliosis dapat dilakukan dengan atau tanpa dekompresi, sesuai ada tidaknya gejala penekanan pada saraf.
Operasi skoliosis termasuk operasi yang besar, berkisar antara 4-6 jam, dan membutuhkan proses penyembuhan dan rehabilitasi cukup panjang sekitar 1 tahun. Biasanya dilakukan setelah tulang matur dan pertumbuhan selesai, kecuali pada kasus khusus dimana derajat skoliosis membesar dengan cepat walaupun sudah dilakukan terapi konservatif yang adekuat.

Pelaksanaan operasi tulang belakang ini berdasarkan pertimbangan matang oleh dokter berdasarkan pengamatan perkembangan pembengkokan tulang. Operasi skoliosis bisa saja menimbulkan risiko komplikasi yaitu perdarahan, infeksi, patahnya plat sehingga harus reoperasi, osteoporosis dini, gejala neurologis seperti kesemutan, dan lain-lain.
Baca >> Ketahui Efek Samping dan Bahaya Pasca Operasi Skoliosis!
Komplikasi Skoliosis
Adapun komplikasi yang bisa ditimbulkan pada skoliosis misalnya:
- Gangguan pernafasan, pada skoliosis yang berat
- Nyeri punggung yang berat karena terjadi spondylosis, dimana terjadi gangguan antar sendi tulang, dan kartilago tulang belakang menipis sehingga terjadi peradangan dan muncul bone spur. Peradangan dapat menyebabkan saraf tulang belakang menjadi tertekan
- Kepercayaan diri rendah dan menarik diri dari masyarakat
Itulah penjelasan lengkap tentang penyakit skoliosis, penyebab, gejala, pengobatan serta komplikasinya. Semoga informasi ini bermanfaat dan nantikan informasi kesehatan lainnya.
Pertanyaan Seputar Skoliosis
Pertanyaan tentang apa itu skoliosis ini di jelaskan panjang lebar dalam artikel tersebut.
Seseorang dikatakan menderita Skoliosis ketika memiliki kelainan tulang belakang di atas 10 derajat pada gambaran x-ray.
Secara garis besar istilah skoliosis dibagi menjadi struktural dan non-struktural. Skoliosis non-struktural atau fungsional terjadi karena penyebab yang sementara atau yang tidak berhubungan dengan tulang belakang itu sendiri, dan mengakibatkan tubuh membengkok ke samping saja. Sedangkan pada skoliosis struktural, terjadi pembengkokan tulang belakang disertai perputaran (rotasi). Skoliosis yang kita bahas disini adalah skoliosis yang sifatnya struktural.
Penderita skoliosis bisa sembuh total bahkan tanpa operasi, asal dengan penanganan secara tepat.
Penanganan skoliosis ringan maupun berat ini meliputi penggunaan brace skoliosis yang berkualitas, terapi skoliosis yang tepat, pola makan dan pola hidup keseluruhan penderita. Artikel ini membahas mengenai Penanganan Skoliosis Tepat
Dana saya bisa mendapatkan brace
dimana saya bisa mendapatkan brace
Halo, bisa hubungi saya di https://wa.me/6281293338360
klinik kami juga membuat brace skoliosis kak, bisa hubungi saya di https://wa.me/6281293338360
kak, saya umur 15 tahun baru beres operasi bulan September lalu saya mau tanya gimana dengan pertumbuhan tinggi badan saya ?