Seringkali orang tua kaget mendapati anaknya yang beranjak remaja, didiagnosa Skoliosis dan divonis harus dioperasi. Tidak ada jalan lain kecuali dioperasi. Benarkah demikian? Pasca operasi skoliosis pun ternyata memiliki efek samping.

Operasi Skoliosis boleh dilakukan bila ada Indikasi medis

Operasi boleh dilakukan bila ada indikasi medis tertentu dan tidak ada lagi proses rehabilitasi yang bisa dilakukan selama masa pubernya berjalan. 

Indikasi medis seperti apa? 

  • Mengancam nyawa/kehidupannya,
  • Kualitas hidup menurun/cacat,
  • Sakit dan nyeri yang tidak dapat ditanggulangi dengan rehabilitasi/terapi non operasi

Operasi skoliosis juga paling baik dilakukan bila pertumbuhan badan telah selesai atau masa puber telah berakhir, yaitu sekitar usia 16 tahun ke atas, untuk menghindari komplikasi Crank Shaft Phenomenon.

Crank Shaft Phenomenon adalah fenomena pasca operasi dimana tulang belakang akan tetap bertumbuh dan berputar (rotasi) walaupun telah ditanam tulang besi dan sekrup. Sehingga 50% kemungkinan akan dilakukan operasi lanjutan dan rekonstruksi ulang dalam kurang dari 2 tahun.

Sebenarnya kenapa Skoliosis perlu diobati?

Alasan paling utama kenapa skoliosis harus diobati adalah untuk memperbaiki aspek kosmetik (penampilan). Alasan lainnya merupakan hal sekunder dan mungkin baru akan dirasakan di kemudian hari, seperti pegal, gampang cape, sesak akibat paru yang tertekan, pergerakan tulang belakang terbatas, ataupun nyeri. Jarang sekali scoliosis mengancam nyawa /kehidupan.

Apakah Operasi Skoliosis Ditanggung BPJS?

BPJS Kesehatan menyediakan dukungan operasional bagi individu yang menderita skoliosis dengan kelengkungan tulang belakang dalam kategori sedang (20-40 derajat) atau berat (lebih dari 40 derajat). Tindakan operasi ini bertujuan untuk merestorasi posisi tulang belakang dan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.

Apakah operasi solusi terbaik?

Mungkin banyak yang berpikir bahwa operasi adalah solusi terbaik bagi penderita skoliosis, tapi sebenarnya tidak. Pasca Operasi Skoliosis memiliki beberapa efek samping.

Sebaiknya berpikir dua kali sebelum Anda memutuskan untuk melakukan operasi skoliosis. Mengapa?

Perlu dipertimbangkan antara risiko dan manfaat (benefit) dari operasi scoliosis.

Pasca Operasi Skoliosis

Beberapa Efek Samping Yang Timbul Pasca Operasi Skoliosis

  • Bekas luka yang panjang membujur di sepanjang tulang belakang
  • Tulang belakang menjadi lebih kaku dan kurang fleksibel seumur hidup
  • Rasa pegal dan tidak nyaman di bagian punggung dan pinggang
  • Flat back phenomenon

Selain efek samping, terdapat juga risiko timbulnya komplikasi pasca operasi skoliosis, seperti:

  • Infeksi
  • Alat patah
  • Re-surgery atau operasi ulang

Terdapat suatu survey yang menunjukkan bahwa 48% pasien pasca operasi skoliosis membutuhkan operasi kedua (re-surgery) dalam waktu 2 tahun dan 50% lainnya dalam waktu 20 tahun kemudian. Bahkan, terdapat beberapa contoh nyata, dimana penderita scoliosis dengan kurva besar yang parah, dapat memiliki kualitas hidup yang baik, walaupun tidak melakukan operasi.

Pada gambar di atas ini, seorang wanita berusia 79 tahun dengan skoliosis, tanpa operasi memiliki kualitas hidup yang jauh lebih baik daripada orang yang telah dioperasi.

Perbandingan ini dilakukan setelah 50 tahun follow up. Sejauh ini, wanita ini melaporkan tidak pernah mengalami gangguan atau keluhan fisik apapun yang berarti, kecuali demensia ringan, yang tentunya tidak berhubungan dengan skoliosis yang dideritanya.

Pada gambar di atas, seorang pria berusia 76 tahun, memiliki skoliosis dengan sudut kelengkungan Cobb 111° thoracic dan 118° lumbar. Pria ini juga tidak melakukan operasi, jarang mengalami keluhan fisik dan sekarang telah dilakukan xray ke-4 kali selama hidupnya. Sampai sekarang, Ia masih aktif berolah raga, namun menghindari beberapa gerakan yang tidak diperbolehkan karena keterbatasan gerakan tulang belakangnya.

Westrick ER, Ward WT. Adolescent idiopathic scoliosis: 5-year to 20-year evidence-based surgical results. J Pediatr Orthop 2011 Jan–Feb;31(1 Suppl): S61-8

Solusi Non-Operasi

Setelah Anda mengetahui efek samping dan risiko komplikasi dari pasca operasi skoliosis, Anda dapat membandingkannya dengan terapi konservatif atau non-operasi, seperti: Schroth exercise, Brace GBW, dan lainnya.

Brace GBW merupakan solusi non-operasi yang memiliki efektivitas tinggi dalam mengobati scoliosis.

Brace GBW mampu mengkoreksi / mengurangi derajat kelengkungan scoliosis, mencegah bertambahnya keparahan, mengkoreksi rotasi tulang belakang, mengembalikan sisi otot yang melemah, memperbaiki penampilan dan menghindari operasi skoliosis sehingga terhindar dari efek samping pasca operasi skoliosis.

Berikut adalah salah satu contoh pasien kami, anak perempuan berusia 12 tahun yang memilih terapi Brace GBW dan Latihan Schroth untuk scoliosis yang dideritanya. Perempuan usia 12 tahun, Cobb’s 45 derajat menjadi 28 derajat setelah 6 bulan pemakaian Brace GBW

  • Perempuan, 12 tahun. Cobb's 45 derajat menjadi 28 derajat setelah 6 bulan pemakaian Brace GBW
12 tahun. Perempuan, 45 derajat menjadi 28 derajat setelah 6 bulan pemakaian Brace GBW tanpa operasi skolisis
12 tahun. Perempuan, 45 derajat menjadi 28 derajat setelah 6 bulan pemakaian Brace GBW
hasil rontgen pasien tanpa operasi skoliosis

Skoliosis umumnya dibedakan menjadi ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe) berdasarkan besarnya derajat kelengkungan kurva, yang biasanya disebut sebagai Cobb’s Angle

  • Cobb’s angle sebesar 10o sampai 20o dikategorikan sebagai skoliosis ringan (mild).
  • Cobb’s angle sebesar 20osampai 40o dikategorikan sebagai skoliosis sedang (moderate).
  • Sedangkan, Cobb’s angle lebih dari 40o dikategorikan sebagai skoliosis berat (severe).

Menurut survey, 30% pasien Scoliosis tidak bertambah derajatnya, tapi 70% pasien Skoliosis yang dibiarkan tanpa terapi apapun, derajatnya bertambah.

Pada umumnya, pada kasus scoliosis ringan (Cobb’s angle <20°) , pasien disarankan observasi / pengamatan saja, tanpa terapi apapun.

Namun, pada kasus scoliosis derajat sedang (Cobb’s angle 20°-40°), akan menjadi berbahaya jika hanya dilakukan observasi tanpa terapi apapun, apalagi jika usia pasien masih berada dalam masa puber/ masa remaja (10-14 tahun).

Sedangkan, pada kasus skoliosis berat (Cobb’s angle >40°), terlebih jika pasien masih dalam masa puber (usia 10-14 tahun), maka Brace GBW masih merupakan kesempatan terbaik untuk mengkoreksi dan mengurangi derajat keparahan scoliosis. Dengan rendahnya risiko efek sampingtingkat kesuksesan yang tinggi (hingga 95%), koreksi dan perubahan yang terjadi, baik terhadap tulang belakang dan postural badan secara kasat mata, Brace GBW merupakan solusi non-operasi yang terbaik untuk penderita scoliosis.

Pentingnya Deteksi Dini Skoliosis

Memang tidak dipungkiri untuk beberapa pasien dengan scoliosis yang sangat parah, atau disertai kondisi kelainan tertentu, tidak ada pilihan selain operasi.

Namun, 80% kasus scoliosis merupakan scoliosis idiopatik remaja, yang memiliki kesempatan besar dikoreksi tanpa operasi.
Oleh karena itu, deteksi dini scoliosis menjadi sangat penting.

Skoliosis Deteksi

Dengan deteksi dini dan pilihan terapi skoliosis yang tepat, maka hasil akhir terapi yang tercapai sangat maksimal dan efektif.
Jangan menunggu terlalu lama, apalagi membiarkan anak remaja Anda yang menderita scoliosis tidak menjalani terapi scoliosis yang tepat.

Malcare WordPress Security