Mengenal Frailty Syndrome

Seperti kata frail yang berarti lemah atau rapuh, frailty syndrome merupakan suatu sindrom pada lansia yang ditandai dengan penurunan kemampuan fungsional fisik dan kognisi, juga adaptasi akibat degradasi fungsi berbagai sistem dalam tubuh sehingga menyebabkan kerentanan terhadap berbagai macam tekanan. Sekitar 10% lansia berusia di atas 65 tahun mengalaminya dan kejadian sindroma ini meningkat seiring pertambahan usia menjadi 25-50% pada lansia di atas 85 tahun.

Perlu diingat bahwa frailty syndrome berbeda dengan disabilitas dimana frailty melibatkan berbagai sistem tubuh sementara disabilitas tidak. Lansia dikatakan mengalami frailty syndrome bila memiliki 3 dari 5 tanda berikut:

  • Mengalami penurunan berat badan sebanyak 5% dari berat badan dalam satu tahun terakhir
  • Merasa lemah dan kesulitan untuk berdiri tanpa bantuan dari orang lain
  • Merasakan penurunan kekuatan saat menggenggam benda sehingga beda yang digenggam sering terjatuh
  • Berjalan menjadi lambat
  • Kurang aktif dan tidak banyak bergerak

Bila terdapat 1 atau 2 dari tanda yang disebutkan diatas lansia dikategorikan sebagai pre-frailty, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar kondisi tidak jatuh pada frailty syndrome.

Mengenal dan mencegah frailty syndrome menjadi penting untuk kesejahteraan lansia sebab lansia dengan kondisi ini memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi bila menghadapi stress contohnya bila menjalani prosedur operasi. Lansia dengan kondisi frailty syndrome juga cenderung mengalami gejala yang lebih parah bila terpapar dengan penyakit lain seperti pneumonia.

Penyebab Frailty Syndrome

Teori yang dipercaya menyebabkan frailty syndrome pada lansia adalah proses peradangan kronis dan/atau aktivasi dari sistem imun. Beberapa penelitian membuktikan adanya peningkatan interleukin (IL-6) dan kortisol yang merupakan substansi penanda peradangan pada lansia dengan frailty syndrome. Inflamasi atau peradangan kronis dapat menurunkan fungsi otot, menyebabkan anemia, dan menurunkan fungsi jantung.

Perubahan hormon pada lansia juga dicurigai menjadi salah satu penyebab kejadian ini. Hormon estrogen pada wanita dan testosteron pada pria menurun seiring pertambahan usia dan berpengaruh pada penurunan kekuatan dan massa otot yang dikenal dengan istilah sarkopenia. Selain itu peningkatan kortisol dan rendahnya kadar vitamin D juga berkontribusi dalam perkembangan frailty syndrome.

Penyakit penyerta juga berpengaruh dalam perkembangan frailty syndrome. Lansia yang memiliki kondisi seperti demensia atau diabetes cenderung lebih rentan untuk mengalami frailty syndrome.

Mengatasi Frailty Syndrome Pada Lansia

Perawatan yang tepat dapat mencegah sekaligus mengatasi frailty syndrome pada lansia. Secara umum langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti:

  • Makan makanan bergizi. Makanan yang Anda makan sehari-hari menyumbangkan kalori untuk Anda melakukan kegiatan. Untuk menjaga kesehatan, perlu adanya kesesuaian antara kalori yang masuk melalui makanan atau minuman dengan kalori yang digunakan melalui aktivitas. Hal ini juga berlaku bagi lansia. Bila Anda ragu akan kebutuhan kalori Anda atau anggota keluarga berusia lansia, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan informasi mengenai pola dan jenis makanan yang sesuai.
  • Konsumsi lebih banyak protein. Konsumsi protein dapat membantu mempertahankan kekuatan dan kesehatan otot. Beberapa bubuk protein tersedia di pasaran dan dapat ditambahkan pada makanan dan minuman yang dikonsumsi, namun tetap gunakan dengan bijak dan lebih baik bila berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi.
  • Mendapat lebih banyak vitamin D. Vitamin D dapat membantu menjaga kekuatan dan fungsi tulang. Vitamin D bisa didapatkan dari sinar matahari atau dengan konsumsi suplemen.
  • Tetap aktif. Aktivitas fisik yang dilakukan dapat membantu membangkitkan kekuatan dan keseimbangan. Contoh aktivitas yang dapat dilakukan oleh lansia adalah berjalan kaki sesuai kemampuan atau melakukan Tai Chi yang menuntut Anda untuk bergerak perlahan sesuai ritme sehingga meningkatkan keseimbangan.
  • Tetap bersosialisasi dan menjaga pikiran tetap positif
  • Menjaga aktivitas otak bisa dilakukan dengan cara menyenangkan seperti bermain permainan papan atau bermain kartu, mengisi teka teki silang atau sudoku. Anda juga dapat mengikuti kelas-kelas yang sesuai dengan minat Anda
  • Take your time. Lansia dengan frailty syndrome cenderung lebih lambat dalam bergerak. Tidak perlu terburu-buru bila akan melakukan sesuatu karena lansia lebih rentan untuk jatuh dan cedera.

Peranan Keluarga Bagi Lansia dengan Frailty Syndrome

Suatu hal yang tidak mudah bila memiliki anggota keluarga berusia lansia dengan frailty syndrome. Terlebih apabila Anda ditugaskan untuk menjaga dan tinggal bersama. Namun, keluarga harus menjadi support system yang baik bagi lansia. Untuk itu kesabaran dan perhatian dari Anda sangatlah penting. Suatu bentuk dukungan dari keluarga dapat dimulai dari memahami kondisi lansia dengan frailty syndrome yang rapuh dan lemah. Membawa lansia ke fasilitas kesehatan untuk mengontrol kondisi kesehatan merupakan suatu usaha untuk mengurangi resiko dan mencegah perburukan kondisi. Berikan perawatan yang tepat sesuai kebutuhan lansia dan jangan lupa untuk memberikan kesempatan bagi lansia untuk bersosialisasi dan mempertahankan kemandirian.

Latihan Fisik Untuk Lansia dengan Frailty Syndrome

Sebenarnya tidak ada latihan fisik khusus bagi lansia dengan frailty syndrome. Pada lansia umumnya terdapat penurunan massa dan kekuatan otot, penurunan denyut jantung maksimal, penurunan toleransi terhadap latihan, penurunan kapasitas aktivitas aerobik, dan peningkatan komponen lemak tubuh. Latihan fisik pada lansia dipercaya dapat memperlambat terjadinya gangguan fungsional serta menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler. Dalam melakukan latihan fisik untuk lansia, beberapa hal berikut perlu diingat, diantaranya:

  • Latihan fisik harus disesuaikan secara individual dan sesuai dengan tujuannya. Jenis dan intensitas latihan perlu diperhitungkan sehingga akan sangat baik bila latihan fisik dapat didampingi oleh pelatih khusus. Sebelum memulai rutinitas latihan fisik, dokter atau pelatih akan melakukan evaluasi terhadap kesehatan lansia secara keseluruhan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau cedera akibat latihan fisik.
  • Latihan fisik dengan intensitas sedang dapat memberikan banyak manfaat diantaranya meningkatkan kapasitas vaskuler, menurunkan resiko patah tulang, meningkatkan kemampuan fungsional dan memperbaiki kesehatan mental.
  • Latihan menahan beban (weight bearing exercise) seperti berjalan yang dilakukan secara intensif dapat menjadi salah satu pilihan sebab paling aman, murah, mudah, dan memberikan manfaat yang besar
  • Lansia yang sedenter perlu persuasi untuk melakukan latihan selama 30 hingga 60 menit sebanyak 3 hingga 5 kali seminggu. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa hanya ada sedikit sekali perubahan pada kebugaran bila latihan dilakukan kurang dari 3 kali seminggu dan tidak memberikan keuntungan tambahan bila dilakukan lebih dari 5 kali seminggu. Latihan fisik yang rutin selama 3 hingga 6 bulan dipercaya dapat memperbaiki gejala frailty syndrome.
Malcare WordPress Security