Pasien skoliosis seringkali merasa pegal atau tegang pada punggung atau pinggang akibat jaringan lunak yang kaku. Jika dibiarkan maka dapat memperberat skoliosis. Keluhan ini dapat dikurangi jika diterapi dengan cara yang tepat.
Salah satu alat terapi yang semakin diakui pentingnya dalam manajemen skoliosis adalah ESWT, atau Extracorporeal Shock Wave Therapy. Alat terapi ESWT menawarkan sejumlah manfaat dalam meredakan gejala skoliosis dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Dalam konteks pengelolaan skoliosis, pentingnya alat terapi ESWT dapat diuraikan sebagai berikut:
- Pengurangan Nyeri dan Ketegangan Otot: Alat terapi ESWT dapat membantu mengurangi nyeri yang seringkali terkait dengan skoliosis. Gelombang kejut ekstrakorporeal yang dihasilkan oleh alat ini dapat merangsang proses penyembuhan dan mengurangi ketegangan otot di sekitar area yang terkena kelengkungan. Ini dapat memberikan kelegaan signifikan bagi penderita skoliosis yang sering mengalami ketidaknyamanan dan nyeri.
- Peningkatan Fleksibilitas dan Rentang Gerak: ESWT dapat membantu meningkatkan fleksibilitas tulang belakang dan memperluas rentang gerak penderita skoliosis. Dengan merangsang regenerasi jaringan dan meningkatkan sirkulasi darah, alat terapi ini dapat membantu melonggarkan otot-otot yang mungkin menjadi kaku akibat kelengkungan tulang belakang.
- Stimulasi Proses Penyembuhan Alami: Terapi kejut gelombang ekstrakorporeal bekerja dengan merangsang respons penyembuhan alami tubuh. Ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan, termasuk pembentukan dan perbaikan otot, ligamen, dan tulang. Dengan cara ini, ESWT dapat menjadi komponen penting dalam perencanaan pengobatan skoliosis yang holistik.
- Pencegahan Komplikasi: Skoliosis, terutama pada tingkat kelengkungan yang signifikan, dapat menyebabkan komplikasi seperti tekanan pada organ-organ internal. ESWT dapat membantu mencegah atau mengurangi risiko komplikasi ini dengan memperbaiki postur tubuh, meredakan ketegangan otot, dan meningkatkan sirkulasi darah ke daerah yang terkena.
Dibutuhkan Alat terapi yang tepat pada jaringan lunak yang kaku.
Menurut studi yang dilakukan di Schroth Institute for Scoliosis di Jerman, pasien skoliosis memiliki pola gerakan yang abnormal akibat rotasi tulang belakang.
Jika pola ini berlangsung dalam waktu lama, postur orang tersebut akan berubah, dan perubahan postural yang tidak dikoreksi akan menyebabkan perubahan struktural lebih lanjut pada tubuh.
‘Gerakan menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi postur dan akhirnya menjadi struktur’ – Thomas Myers.
Rotasi pada skoliosis menyebabkan otot-otot postural pada salah satu sisi tubuh memendek dan kencang, sedangkan sisi sebaliknya memanjang dan menimbulkan sakit. Otot yang terpengaruh di antaranya: diafragma, otot iga, otot dalam pada vertebra dan otot-otot yang berperan dalam gerakan rotasi.
Berbagai kelompok otot dihubungkan dengan struktur seperti jaring yang disebut fasia. Fasia menyambungkan otot, tulang dan saraf; dan sebagian menempel pada tulang untuk membantu terjadinya berbagai gerakan. Fasia berfungsi untuk menjaga tegangan keseluruhan pada otot-otot tubuh tetap seimbang. Jika terdapat tegangan yang terlalu tinggi pada satu bagian otot, maka otot pada bagian lainnya menyeimbangkan dengan menurunkan tegangannya.
Kelemahan otot yang asimetris seperti pada skoliosis menyebabkan efek torsi di sepanjang tulang belakang, sehingga memperburuk pola skoliosis.
Pada otot yang memendek dalam waktu lama, fasia di sekitarnya akan mengalami remodeling dan terjadi pengerasan atau fibrosis, sehingga gerakan menjadi terbatas, otot semakin memendek lagi, dan tegangan pada struktur tulang meningkat.
Hal ini menimbulkan deformitas lebih berat yang menyebabkan saraf tertekan dan akhirnya timbul nyeri.
Salah satu terapi jaringan lunak yang dapat dilakukan adalah dengan Active Release Technique (ART). ART sendiri sering digunakan untuk cedera olahraga dan dianggap sebagai Gold Standard di dunia atlet. Pada kasus skoliosis, ART dilakukan untuk mengendorkan struktur-struktur yang memendek di sekitar tulang belakang agar terjadi derotasi.
Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan alat terapi gelombang kejut / shockwave treatment. Energi dari shockwave
Cara yang dilakukan adalah dengan memberi tekanan pada jaringan yang memendek dan secara aktif dipanjangkan, sehingga mengubah struktur jaringan penyambung yang telah mengalami fibrosis. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan terapi gelombang kejut / shockwave treatment. Energi dari shockwave bermanfaat untuk menghancurkan jaringan parut dan perlengketan, mengurangi spasme otot dan secara langsung menurunkan rasa nyeri.
Dengan demikian adhesi atau perlengketan fasia yang terjadi pada pasien skoliosis dapat perlahan berkurang dan pola gerak otot kembali normal. Setelah itu otot dapat dilatih untuk memiliki pola postur baru yang baik sehingga juga mencegah perburukan kurva skoliosis ke depannya.