Pentingnya Aktivitas Fisik pada Nyeri Punggung pada tulang belakang
Nyeri punggung adalah salah satu keluhan terbanyak yang menyebabkan pasien berobat. Ada dua jenis nyeri punggung, yaitu nyeri punggung non-spesifik dan nyeri punggung spesifik. Yang disebut non-spesifik adalah nyeri punggung yang tidak disebabkan oleh penyebab atau proses patologi yang jelas (misalnya infeksi, tumor, osteoporosis, patah tulang, kelainan structural, peradangan, dsb). Kasus nyeri punggung non-spesifik ini terjadi hingga 85% dari kasus-kasus nyeri punggung, dimana tidak ditemukan diagnosis yang jelas secara radiologis.
Nyeri punggung dilihat juga berdasarkan waktu terjadinya, dimana disebut akut jika terjadi dalam waktu kurang dari 6 minggu, subakut antara 7-12 minggu, dan kronis jika sudah terjadi lebih dari 12 minggu. Setelah episode pertama nyeri punggung, 44-78% berisiko mengalami relaps nyeri lagi, dan 23%-nya menjadi kronis. Berbagai modalitas terapi dapat dilakukan dari pemberian obat, akupunktur, ultrasound, terapi manual, hingga pemakaian alat bantu suportif. Tetapi salah satu hal penting lain yang sering dilupakan adalah aktivitas fisik.
Secara global dikatakan bahwa satu dari lima orang dewasa termasuk inaktif atau kurang bergerak, dan inaktivitas pada wanita lebih tinggi (21,4%) daripada pria (18,9%). Selain nyeri punggung, gaya hidup ini juga dapat berisiko terhadap penyakit-penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes, depresi, obesitas, osteoporosis, dsb.
Gaya hidup sedentary / kurang bergerak, merupakan salah satu faktor yang memperburuk kondisi ini, yang termasuk sedentary adalah jika individu hanya melakukan aktivitas fisik kurang dari 30 menit dalam setiap hari atau pada kebanyakan hari dalam satu minggu. Inaktivitas memiliki banyak konsekuensi pada tubuh kita, diantaranya:
- Kekuatan tulang dan bantalan
Kesehatan tulang juga terpengaruh pada orang yang inaktif. Jika loading atau tekanan pada tulang berkurang, kepadatan tulang semakin lama akan berkurang dan menjadi lebih lemah karena kurangnya rangsangan yang dibutuhkan oleh sel di dalam tulang agar tetap aktif. Aktivitas fisik yang menyebabkan kompresi atau pembebanan pada tulang merupakan deformitas sementara yang membantu mendorong terjadinya pembentukan matriks tulang yang menghasilkan kelenturan tulang. Oleh karena itu orang yang inaktif secara fisik, memiliki risiko kepadatan tulangnya lebih rendah dan mengalami osteoporosis. Penyempitan bantalan antar tulang yang merupakan kondisi degenerative pada bantalan tulang, merupakan faktor risiko utama juga untuk nyeri punggung bawah.
- Otot
Studi menunjukkan otot rangka yang inaktif akan mengalami proses yang dikenal dengan adaptive reductive remodeling, yang menyebabkan massa otot berkurang (atrofi), biasanya otot menjadi mengecil, lemah dan komposisinya mengalami perubahan. Atrofi otot yang berada di sisi sepanjang tulang belakang menyebabkan nyeri punggung.
- Metabolisme
Pasien nyeri punggung kronis yang sudah inaktif, akan mengalami penurunan aktivitas di bagian tubuh lainnya juga termasuk metabolisme. Metabolisme karbohidrat dan lemak menjadi kurang efisien dan efektif dibandingkan orang tanpa nyeri punggung kronis. Hal ini berkontribusi pada juga pada kenaikan berat badan dan naiknya persentasi lemak tubuh.
Lalu apakah pasien harus beraktivitas sesegera mungkin saat mengalami sakit punggung? Ternyata menurut studi dari Harvard Medical School, kembali ke aktivitas normal setelah terapi dan istirahat secukupnya saja lebih baik dibandingkan mengambil istirahat panjang sebagai pengobatan.
Bed rest / istirahat dahulu diyakini sebagai kunci penanganan nyeri punggung. Dalam dosis kecil, istirahat memang membantu terutama jika pasien mengalami nyeri hebat walaupun hanya berdiri atau duduk. Namun istirahat terlalu lama tidaklah bermanfaat bagi nyeri punggung pada umumnya, karena biarpun punggung mungkin terasa sedikit lebih baik untuk sementara, dalam waktu lama dapat menyebabkan permasalahan lain.
Otot semakin lama akan kehilangan kekuatan dan terjadi proses deconditioning yang membuat nyeri menjadi menetap. Nyeri berkepanjangan menyebabkan keterbatasan fisik dan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan pasien mengalami depresi. Hal ini sangat berbahaya karena membentuk sebuah lingkaran setan dimana pasien akan semakin tidak berani beraktivitas karena rasa nyeri yang semakin berat dan tekanan mental akibat disabilitas yang dialami.
Oleh karena itu saat mengalami nyeri batasi berbaring di kasur selama beberapa jam hingga maksimum dua hari saja. Carilah posisi yang nyaman bagi Anda, untuk mengurangi tarikan pada punggung, letakkan bantal di bawah kepala dan antara lutut saat berbaring menyamping; atau dibawah kaki saat berbaring terlentang; atau di bawah panggul saat berbaring telungkup. Posisi-posisi ini membantu mengurangi tekanan pada bantalan, ligamen dan otot yang biasanya terjadi di punggung saat duduk atau berdiri. Pada kondisi yang lebih berat, segera cari terapi yang sesuai ke tenaga professional, dan setelah itu jangan lupa untuk segera beraktivitas saat kondisi sudah membaik.