Lima kesamaan pasien Skoliosis di Korea, Jepang, China, dan Malaysia
Tahun 2018 sungguh merupakan tahun yang sangat sibuk, dimana boleh dipercaya untuk berpergian dan menolong pasien skoliosis di berbagai negara, seperti Korea, Jepang, China dan Malaysia. Pada kesempatan ini, saya ingin share Lima kesamaan pada Pasien di Korea, Jepang, China, Malaysia dan Indonesia:
- Pasien Skoliosis Pada usia puber bila memiliki derajat di atas 40 derajat, maka akan berkembang secara agresif dan segera memerlukan brace yang spesifik yang secara signifikan untuk mengkoreksi derajat scoliosis. Sehingga brace GBW menjadi sesuatu yang wajib / mandatory dalam mengkoreksi Scoliosis. Brace GBW telah menjadi solusi baik mengurangi Scoliosis secara signifikan, meringankan derajat scoliosis hingga memperbaiki bentuk penampilan secara kosmetik. Brace GBW dan latihan Schroth merupakan koreksi pasif dan aktif yang saling melengkapi dan merupakan perpaduan yang sangat baik dalam menangani pasien.
- Orang tua Pasien Skoliosis seringkali heran kenapa anaknya tidak memiliki gejala atau keluhan apapun hingga menjadi cukup parah. Karena memang pasien remaja sebagian besar badannya energik, tidak masih muda dan cukup toleran dengan rasa pegal ataupun nyeri.
- Karena tidak memiliki keluhan, maka seringkali ditemukan dalam kondisi kurva yang sudah cukup besar. Oleh karena itu deteksi dini dan kesadaran akan scoliosis semakin diperlukan. (Baca apa itu deteksi dini)
- Anak dengan skoliosis bila diberi pengertian, komunikasi Anak dan ortu berjalan dengan baik, maka mereka tetap bisa menerima pengobatan Brace GBW. Walaupun brace GBW rigid, menghalangi beberapa gerakan-gerakan yang berbahaya untuk scoliosis (seperti bungkuk, memutar atau menekuk yang menambah kelengkungan scoliosis) dll.
- Anak dengan scoliosis akan merasakan lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih merasa nyaman dengan badannya setelah dikoreksi brace GBW. Jadi rasa tidak nyaman ketika memakai brace lebih bersifat sementara dan menghasilkan perbaikan permanen di badan ketika memakai brace GBW secara benar dan konsisten.
Foto ketika menolong pasien skoliosis di korea
Foto ketika menolong pasien Scoliosis di Jepang
Foto ketika menolong pasien skoliosis di China
Foto ketika menolong pasien skoliosis di Malaysia
Foto ketika menolong pasien skoliosis di Indonesia
Terapi skoliosis di Korea, Jepang, China, dan Malaysia memiliki pendekatan yang bervariasi, namun semuanya bertujuan untuk mengurangi kelainan tulang belakang ini. Di Korea, terapi skoliosis sering melibatkan kombinasi latihan fisioterapi, teknik peregangan, dan terapi postur untuk memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang. Jepang cenderung mengintegrasikan pendekatan holistik dengan fokus pada perubahan gaya hidup, penggunaan alat bantu postur, dan teknik tradisional seperti akupunktur untuk mengurangi gejala skoliosis.
Rekomendasi untuk pasien skoliosis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan preferensi individu. Beberapa rekomendasi umum meliputi:
- Konsultasi dengan Spesialis: Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis tulang belakang untuk menilai tingkat keparahan skoliosis dan merencanakan perawatan yang sesuai.
- Terapi Fisik: Program terapi fisik yang disesuaikan dapat membantu memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang, meningkatkan postur, dan mengurangi ketidaknyamanan.
- Latihan Teratur: Melakukan latihan teratur, termasuk latihan peregangan dan penguatan otot, dapat membantu mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan tulang belakang.
- Perubahan Gaya Hidup: Memperhatikan postur sehari-hari, ergonomi tempat duduk dan bekerja, serta menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengelola skoliosis.
- Terapi Alternatif: Beberapa pasien mungkin mendapatkan manfaat dari terapi alternatif seperti akupunktur, pijat, atau teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan.
- Pemakaian Alat Bantu Postur: Penggunaan korset atau brace dapat direkomendasikan untuk pasien dengan skoliosis yang masih dalam fase pertumbuhan untuk membantu mengoreksi postur.
- Edukasi dan Dukungan Psikologis: Mendapatkan informasi yang memadai tentang skoliosis dan mendapatkan dukungan psikologis dapat membantu pasien dan keluarganya mengatasi aspek psikososial dari kondisi ini.
- Pemantauan Teratur: Pasien dengan skoliosis perlu rutin memantau perkembangan kondisinya melalui pemeriksaan medis dan evaluasi radiologi.
- Pertimbangan Bedah: Untuk kasus skoliosis yang parah dan tidak merespons terapi konservatif, pertimbangan untuk tindakan bedah dapat diajukan. Keputusan ini harus dibahas secara rinci dengan tim perawatan medis.
Setiap rekomendasi harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu pasien. Konsultasikan dengan profesional medis untuk merancang rencana perawatan yang paling sesuai.