Mengenal Penyakit Bell’s Palsy
Bell’s Palsy merupakan penyakit yang menyebabkan kelumpuhan pada saraf wajah. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang bersifat sementara dan dapat berangsur – angsur membaik dengan sendirinya. Namun, pada kasus – kasus tertentu diperlukan penanganan terhadap penyakit ini. Penyakit ini juga lebih sering ditemukan hanya menyerang pada salah satu sisi wajah sehingga lebih sering dikenal dengan istilah penyakit wajah miring atau tidak simetris.
Penyebab Penyakit Bell’s Palsy
Bell’s palsy dapat terjadi ketika saraf kranial VII mengalami pembengkakan atau tertekan sehingga mengakibatkan kelemahan wajah atau kelumpuhan. Penyebab pasti dari kerusakan saraf kranial VII hingga saat ini tidak diketahui, tetapi banyak peneliti yang percaya kerusakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi virus.
Beberapa jenis virus yang diduga menyebabkan penyakit ini antara lain:
- virus herpes
- virus cacar air
- virus campak Jerman
- virus gondok
- virus flu Singapura
- virus influenza.
Virus – virus tersebut dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan saraf – saraf di wajah mengalami peradangan sehingga menyebabkan wajah bengkak dan fungsi saraf menjadi terganggu. Karena fungsi saraf terganggu maka otot – otot wajah yang awalnya bekerja dan mempertahankan bentuk wajah yang normal menjadi terganggu sehingga otot – otot wajah menjadi lemas dan menyebabkan wajah kita seperti turun atau miring pada satu sisi.
Gejala Penyakit Bell’s Palsy
Kelainan ini dapat kita kenali dengan mudah melalui gejala – gejala yang timbul. Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa gejala dibawah ini, segera periksakan diri ke Dokter untuk mencegah keadaan semakin memburuk.
Gejala – gejala tersebut antara lain:
- Mudah mengeluarkan liur atau air liur keluar tanpa disadari.
- Timbul rasa sakit kepala yang mendadak.
- Tidak dapat merasakan makanan bahkan makanan dengan penyedap rasa yang kuat.
- Air mata dan air liur keluar secara tidak normal.
- Lebih sensitif terhadap bunyi – bunyian pada sisi wajah yang mengalami kelainan
- Timbul rasa nyeri pada bagian rahang dan bagian belakang telinga pada sisi wajah yang mengalami kelainan.
- Muka menjadi tidak simetris (terlihat miring pada satu sisi) dan sulit membentuk ekspresi wajah (tersenyum, menutup mata, marah, mengerutkan dahi).
- Terjadi kelemahan satu sisi pada wajah yang terlihat jelas perbedaan nya dengan sisi wajah lain nya.
- Wajah menjadi terasa kaku atau kebas hanya pada salah satu sisi saja.
Semua gejala yang telah disebutkan diatas dapat anda alami dalam hitungan jam, harian hingga bulanan.
Faktor Risiko Penyakit Bell’s Palsy
Selain infeksi yang disebabkan oleh beberapa virus, terdapat beberapa faktor risiko yang mampu meningkatkan kejadian bell’s palsy pada seseorang. Sebanyak 40.000 orang di Amerika Serikat pernah menderita Bell’s Palsy setiap tahun nya. Faktor risiko yang bisa terjadi antara lain:
- Keadaan hamil
seorang ibu yang sedang hamil pada tahap trimester ketiga atau sedang berada pada minggu pertama setelah melahirkan lebih berpotensi untuk mengalami bell’s palsy dibandingkan dengan orang – orang pada umumnya.
- Orang dengan penyakit diabetes
umumnya terdapat penurunan kekebalan tubuh akibat menderita diabetes sehingga virus lebih mudah menginfeksi orang tersebut.
- Orang yang sedang mengalami batuk atau pilek
infeksi yang menyebabkan batuk atau pilek bisa menyebar ke saraf – saraf wajah dan menimbulkan gejala dari bell’s palsy.
- Memiliki riwayat keluarga yang pernah menderita bell’s palsy
Diperkirakan terdapat gen yang diturunkan dalam keluarga yang dapat berperan untuk meningkat risiko bell’s palsy.
Bell’s Palsy vs. Stroke, apa bedanya?
Sebelum kita dapat mengetahui perbedaan bell’s palsy dan stroke maka penting untuk mengetahui apa itu stroke. Stroke merupakan sebuah penyakit yang bersifat gawat darurat dan waktu penanganan terhadap penyakit ini mampu mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Penyakit ini juga bersifat gawat darurat karena dapat menyerang seseorang secara tiba – tiba sehingga mampu menyebabkan kematian yang mendadak.
Stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu:
- Stroke Iskemik : terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak.
- Stroke Perdarahan : terjadi perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Perbedaan utama antara stroke dan bell’s palsy adalah letak saraf yang mengalami kerusakan. Stroke menyebabkan kerusakan pada otak yang merupakan saraf utama sedangkan bell’s palsy menyebabkan kerusakan pada saraf – saraf yang mengatur otot – otot wajah. Walaupun terdapat beberapa kesamaan gejala akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat jelas pada proses terjadinya kedua penyakit tersebut dan cara menangani/ mengobati kedua penyakit itu. Oleh karena itu jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar dapat mengetahui penyakit yang diderita.
Diagnosis Bell’s Palsy
Saat anda memeriksakan diri ke dokter maka berikut merupakan langkah – langkah yang akan dokter lakukan untuk mendiagnosa anda.
- Dokter akan meminta anda untuk menceritakan semua gejala yang anda alami terutama pada bagian wajah.
- Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada wajah dan pemeriksaan penunjang jika dibutuhkan.
- Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan oleh dokter adalah pemeriksaan elektromiografi (EMG) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI).
- Pemeriksaan EMG bertujuan untuk menilai adanya kerusakan saraf dan derajat keparahan dari kerusakan saraf tersebut.
- MRI dilakukan jika ada kecurigaan lain selain infeksi virus yang dapat menyebabkan bell’s palsy atau kerusakan saraf wajah. Kecurigaan lain yang dapat diperiksa menggunakan MRI adalah tumor otak atau patah pada tulang kepala.
Pengobatan Bell’s Palsy
Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani bell’s palsy akan tetapi perlu diketahui karena kebanyakan penyebab dari kelainan ini tidak diketahui maka besar kemungkinan keadaan ini bisa muncul kembali. Beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan adalah:
- Konsumsi obat – obatan
Konsumsi obat – obatan dianjurkan dengan tujuan untuk membunuh virus yang menginfeksi wajah serta meredakan peradangan yang terjadi pada wajah. Obat yang dapat dikonsumsi merupakan obat jenis steroid bagi penderita baru bell’s palsy dan jika sudah tidak mengalami perbaikan maka dapat diganti dengan obat antivirus. Selain itu obat jenis analgesik atau pengurang rasa nyeri seperti aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen juga dapat digunakan. Perlu diingat bahwa semua obat – obatan yang digunakan perlu dikonsultasikan dan diresepkan oleh dokter yang berkaitan.
- Menjaga kelembapan mata
karena bell’s palsy dapat mengganggu kemampuan kelopak mata untuk berkedip maka anda disarankan untuk menggunakan obat tetes mata yang berfungsi untuk mencegah mata menjadi kering dan mengalami iritasi.
- Terapi wajah
Terapi wajah dilakukan sebagai bentuk rehabilitasi karena fungsi saraf yang telah rusak akibat infeksi. Dengan melakukan terapi wajah maka kekuatan otot – otot wajah kita yang rusak akan latih dengan merangsang saraf – saraf wajah sehingga perlahan – lahan saraf dan otot – otot wajah dapat berfungsi secara normal.
- Tindakan operasi oleh dokter
Tindakan operasi bukan merupakan pilihan pengobatan yang pertama namun merupakan bagian dari pilihan pengobatan paling terakhir untuk kelainan ini. Tujuan dari tindakan operasi ini adalah untuk memperbaiki struktur wajah yang telah rusak akibat menderita kelainan ini secara berkepanjangan.
- Terapi lainnya
Terapi lain seperti terapi fisik, pijat wajah, atau akupunktur dapat memberikan potensi perbaikan kecil dalam fungsi saraf wajah dan rasa sakit.