Pada dasarnya, tulang belakang adalah tiang utama tubuh kita yang memberikan dukungan. Namun, bagaimana jika tiang ini tidak berdiri tegak seperti yang seharusnya?

Inilah yang dinamakan skoliosis, satu kondisi di mana tulang belakang seseorang itu akan bengkok ke kiri atau ke kanan (seperti huruf C atau S).

Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, skoliosis dapat memberikan dampak serius, mulai dari ketidaknyamanan fisik, nyeri punggung, dan juga menganggu penampilan.

apa itu skoliosis

Dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap mengenai skoliosis, mulai dari penyebab, gejala, sampai dengan cara penanganan yang efektif.


Apa itu Penyakit Skoliosis?

Pengertian Skoliosis

Skoliosis adalah kelainan tulang belakang di atas 10 derajat pada gambaran x-ray. Secara garis besar istilah penyakit ini dibagi menjadi struktural dan non-struktural. Skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang mengalami kelengkungan yang tidak normal, membentuk kurva sisi ke samping. Kelengkungan ini dapat muncul dalam bentuk huruf “S” atau “C”. Skoliosis dapat bersifat ringan hingga parah, dan dapat terjadi pada berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Penyebab skoliosis dapat bervariasi, termasuk faktor genetik, pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal, atau kondisi medis tertentu. Gejala skoliosis meliputi ketidakseimbangan postur tubuh, perbedaan tinggi bahu atau pinggul, dan kelengkungan yang terlihat. Pengelolaan skoliosis dapat melibatkan pengawasan rutin, terapi fisik, brace, atau dalam beberapa kasus, tindakan bedah. Tujuan pengelolaan adalah untuk meminimalkan kelengkungan, mencegah perkembangan lebih lanjut, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

badan rontgen skoliosis

Penyakit skoliosis non-struktural atau fungsional terjadi karena penyebab yang sementara atau yang tidak berhubungan dengan tulang belakang itu sendiri, dan mengakibatkan tubuh membengkok ke samping saja.

Sedangkan pada penyakit skoliosis struktural, terjadi pembengkokan tulang belakang disertai perputaran (rotasi). Penyakit skoliosis yang kita bahas disini adalah skoliosis yang sifatnya struktural.

Penyakit scoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang cukup sering dijumpai. Menurut WHO (World Health Organization), 3% populasi di seluruh dunia mengalami kondisi ini. Bahkan 70% kejadian kelainan tulang belakang pada usia anak dan remaja berupa penyakit skoliosis. Tetapi skoliosis dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun paling sering terjadi pada usia remaja yaitu dimulai pada usia 10-12 tahun.


5 Penyebab Skoliosis

Skoliosis struktural juga dibagi berdasarkan penyebabnya:

1. Skoliosis Idiopatik

Penyakit skoliosis idiopatik adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan kelengkungan ke samping dan perputaran di ruas tulang belakang, pada pasien yang secara umum sehat-sehat saja, jadi artinya tidak ada penyakit lain yang mendasari terjadinya skoliosis.

Sebagian besar pasien yaitu sekitar 80% termasuk dalam kategori skoliosis idiopatik.

Penyakit Skoliosis idiopatik dibagi lagi berdasarkan usia terjadinya:

  • Pada remaja / adolescent, biasanya dimulai di usia 10-12 tahun, dan merupakan kejadian tersering yaitu sekitar 85% dari seluruh skoliosis idiopatik. Penyakit jenis ini lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
  • Pada anak / juvenile, yaitu pada anak usia 3-9 tahun, dan mencakup sekitar 10% yang lebih sering dijumpai pada anak laki-laki.
  • Pada bayi / infantile, yaitu pada anak di bawah 3 tahun, mencakup sekitar 4% dan juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki.

Istilah idiopatik sendiri bukan berarti tidak ada penyebabnya, melainkan karena belum diketahui penyebab pasti yang mendasari.

Diduga berbagai faktor turut berperan dalam terjadinya penyakit skoliosis idiopatik, seperti faktor genetik, ketidakseimbangan pertumbuhan vertebra bagian anterior dengan posterior, ketidakseimbangan hormon melatonin, ketidakseimbangan hormon estrogen, paparan klorin, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya vitamin D3, dan berbagai faktor lain. 

2. Skoliosis Kongenital

Penyakit skoliosis kongenital merupakan kelainan perkembangan tulang belakang yang muncul sejak awal masa kehidupan janin dalam kandungan.

Dapat disebabkan karena malformasi pada tulang vertebra, misalnya hemi vertebra, atau terjadi fusi antar ruas sehingga terjadi perputaran dan menarik tulang iga.

Perburukan kurva pada penyakit skoliosis kongenital ditentukan oleh jenis anomali vertebra yang terjadi. Pada defek dengan potensi pertumbuhan asimetris yang jelas maka kemungkinan akan terjadi perburukan.

Penyakit skoliosis kongenital merupakan jenis kasus skoliosis yang sulit ditangani secara medis dan penanganan skoliosis kongenital memiliki kompleksitas yang lebih rumit dibandingkan skoliosis idiopatik.

3. Skoliosis Sindromik

Penyakit skoliosis ini terjadi karena ada sindroma lain yang mendasari, sehingga skoliosis merupakan salah satu penyakit yang ditimbulkan dari kondisi dasarnya. Misalnya: neurofibromatosis tipe 1, sindrom Marfan, tumor, dan lainnya

4. Skoliosis Neuromuskular

Penyakit skoliosis neuromuskular terjadi karena ketidakmampuan tubuh mempertahankan tonus dan postur akibat kelainan pada sistem saraf atau otot. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan penyakit cerebral palsy dan spina bifida.

5. Skoliosis De Novo

Istilah “De Novo” artinya “baru”. Penyakit scoliosis de novo terjadi pada orang dewasa baik yang pernah mengidap skoliosis sebelumnya maupun yang tidak, disebabkan proses penuaan (proses degeneratif pada tulang belakang).

Umumnya muncul pada usia di atas 40 – 50 tahun. Dengan bertambahnya usia, terjadi proses penuaan pada sendi-sendi dan ligamen-ligamen tulang belakang. Osteoporosis (pengeroposan tulang) juga dapat berperan dalam terjadinya scoliosis de novo. Kondisi ini menyebabkan tulang belakang pun bengkok.

Berbeda dengan scoliosis idiopatik yang jarang menimbulkan keluhan nyeri pada anak-anak dan remaja, penderita scoliosis de novo sering mengeluhkan nyeri punggung bawah yang cukup mengganggu. Hal ini disebabkan menurunnya stabilitas tulang belakang dan kekuatan otot punggung pada orang tua.

Skoliosis degeneratif paling sering terjadi pada tulang belakang lumbar (punggung bawah). Seringkali disertai dengan gejala stenosis tulang belakang, atau penyempitan kanal tulang belakang. Yang menjepit saraf tulang belakang dan membuatnya sulit untuk berfungsi secara normal. Nyeri punggung akibat gejala skoliosis degeneratif biasanya dimulai secara bertahap dan dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan pasien.

Apa Tanda atau Ciri-Ciri Skoliosis?

Tanda-tanda atau ciri-ciri skoliosis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut. Beberapa tanda umum yang dapat diperhatikan sebagai indikasi kemungkinan adanya skoliosis melibatkan perubahan pada postur tubuh dan bentuk tulang belakang. Berikut adalah beberapa tanda umum skoliosis:

1. Bahu Tidak Sejajar:
Salah satu bahu terlihat lebih tinggi atau menonjol keluar lebih dari yang lain.

2. Pinggul Tidak Sejajar:
Terdapat perbedaan tinggi atau kemiringan pada pinggul.

3. Kelengkungan Tulang Belakang:
Pada beberapa kasus, mungkin terlihat kelengkungan yang tidak normal pada tulang belakang jika dilihat dari samping atau dari belakang. Tulang belakang dapat membentuk pola huruf “S” atau “C”.

4. Pergelangan Tubuh yang Tidak Normal:
Pergelangan tubuh atau pinggang yang tidak rata atau terlihat tidak seimbang.

5. Pakaian Tidak Simetris:
Pada kasus yang lebih jelas, pakaian mungkin tampak tidak rata saat dikenakan.

6. Keterbatasan Gerakan:
Kesulitan melakukan gerakan tertentu atau rasa kaku pada tulang belakang.

7. Nyeri atau Ketidaknyamanan:
Beberapa orang dengan skoliosis mungkin mengalami nyeri punggung, terutama jika kelengkungan tulang belakang cukup signifikan.

8. Perubahan Postur Saat Berdiri atau Duduk:
Perubahan dalam postur tubuh saat berdiri atau duduk, seperti kemiringan tubuh atau pemiringan kepala.

9.Perbedaan Tinggi Badan:
Perbedaan tinggi badan antara sisi tubuh yang satu dengan yang lain.


Deteksi dini Skoliosis

Gejala Skoliosis Umum

Gejala yang dirasakan pasien bisa bervariasi, dari tidak ada gejala sama sekali hingga mengganggu fungsi sehari-hari. Gejala yang dirasakan di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Nyeri punggung. Dalam satu studi, sekitar 23 persen pasien dengan scoliosis idiopatik mengalami nyeri punggung saat diagnosis awal.
  • Nyeri leher.
  • Sakit kepala.
  • Sesak nafas. Karena perubahan bentuk dan ukuran toraks serta pola pernafasan asimetris yang sudah terbentuk, scoliosis idiopatik dapat mempengaruhi fungsi paru. Hal ini lebih penting lagi diperhatikan pada masa kanak-kanak seperti pada infantile / juvenile scoliosis karena pada periode ini sedang terjadi pertumbuhan alveolus paru yang cepat. Gangguan kardiorespirasi akan semakin meningkat pada kurva >90 derajat.
  • Mudah lelah saat berjalan.
  • Gangguan cemas/depresi.

Gejala Skoliosis Berat

Skoliosis berat dapat menunjukkan gejala yang lebih jelas dan memerlukan perhatian medis yang lebih serius. Beberapa gejala skoliosis berat meliputi:

  1. Ketidaknormalan Fisik yang Nyata:
    • Posisi tulang belakang yang sangat melengkung dapat menciptakan perubahan fisik yang nyata, seperti bahu atau pinggul yang sangat tidak simetris.
  2. Perubahan pada Kondisi Tulang Belakang:
    • Membentuk pola kurva tulang belakang yang lebih signifikan, sering kali membentuk huruf “S” atau “C” yang lebih jelas.
  3. Nyeri yang Berat atau Ketidaknyamanan:
    • Skoliosis berat dapat menyebabkan nyeri punggung yang signifikan karena tekanan tambahan pada struktur tulang belakang.
  4. Gangguan Pernapasan:
    • Pada kasus-kasus ekstrem, skoliosis yang parah dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas.
  5. Masalah Jantung:
    • Skoliosis berat dapat memengaruhi posisi dan fungsi jantung, terutama jika kurva tulang belakang mempengaruhi rongga dada.
  6. Keterbatasan Gerakan yang Signifikan:
    • Kesulitan melakukan gerakan tertentu dan keterbatasan aktivitas fisik dapat muncul pada skoliosis berat.
  7. Penurunan Tinggi Badan:
    • Skoliosis yang parah dapat menyebabkan penurunan tinggi badan karena kurva tulang belakang yang menciptakan deformitas yang signifikan.
  8. Gangguan Organ Internal:
    • Pada kasus ekstrem, skoliosis berat dapat mempengaruhi organ-organ internal di dalam rongga dada atau perut.

Gejala Skoliosis Ringan

Gejala skoliosis ringan dapat bervariasi dan mungkin tidak selalu terlihat atau terasa. Beberapa gejala yang mungkin muncul pada skoliosis ringan meliputi:

  1. Postur Tubuh Tidak Simetris:
    • Posisi tubuh yang terlihat tidak simetris, seperti bahu atau pinggul yang terlihat lebih tinggi atau miring.
  2. Tulang Belakang Membentuk Huruf “S” atau “C”:
    • Pada beberapa kasus, tulang belakang yang melengkung dapat membentuk pola huruf “S” atau “C” jika dilihat dari samping.
  3. Pergelangan Tubuh yang Tidak Normal:
    • Posisi tulang belakang yang tidak normal dapat mempengaruhi pergelangan tubuh, membuatnya terlihat tidak rata atau tidak simetris.
  4. Satu Bahu atau Pinggul Terlihat Lebih Tinggi dari Lainnya:
    • Perbedaan tinggi antara satu bahu atau pinggul dengan yang lain dapat menjadi tanda skoliosis ringan.
  5. Ketidaknyamanan atau Nyeri:
    • Beberapa orang dengan skoliosis mungkin mengalami ketidaknyamanan atau nyeri di area tulang belakang, meskipun tidak semua orang merasakannya.
  6. Keterbatasan Gerakan:
    • Skoliosis ringan mungkin menyebabkan keterbatasan gerakan atau ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas tertentu.
  7. Ketidakseimbangan pada Kondisi Fisik:
    • Pada beberapa kasus, seseorang dengan skoliosis ringan mungkin kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya.

Diagnosa Skoliosis

Skoliosis biasanya didiagnosa melalui pemeriksaan fisik dan x-ray, kecuali jika ada indikasi tertentu biasanya tidak diperlukan pemeriksaan CT Scan/MRI.

Diagnosa awal scoliosis bisa dilakukan secara kasat mata dengan melihat tampilan tubuh pasien, dan dengan pemeriksaan sederhana yang dikenal dengan Adam’s Forward Bending test.

Pada pemeriksaan ini dapat terlihat adanya rotasi tubuh ditandai dengan punuk baik di bagian punggung maupun pinggang.

Adam-Test Skoliosis

Penggunaan X-ray

Selanjutnya dilakukan x-ray pada posisi berdiri. X-ray merupakan pemeriksaan dengan radiasi untuk menghasilkan gambar bagian tubuh yang dapat menunjukkan struktur tulang belakang.

Pada pemeriksaan x-ray dokter dapat mencari kemungkinan penyebab lain seperti, yaitu infeksi, trauma / cedera pada tulang, dan lain-lain.

Remaja Kurus Skoliosis

Melalui x-ray dokter dapat melihat bentuk kurva skoliosis, karena setiap pasien bisa memiliki bentuk kurva yang berbeda-beda. Terdapat 7 jenis kurva menurut Augmented Lehnert Schroth yang dijadikan dasar diagnosis, dan setiap kurva ini membutuhkan penanganan khusus sesuai tipenya.

7 pola kurva

Selanjutnya dokter akan mengukur besar derajat kurva dengan metode Cobb. Semakin tinggi derajatnya, semakin parah tingkat kelainan tulang belakang yang dialami.

Tingkat Keparahan Skoliosis

Secara umum, tingkat keparahan dari scoliosis ini dibagi menjadi 3 kategori:

  • 10-25 derajat = ringan
  • 25-45 derajat = sedang
  • >45 derajat = berat
Bagan Tingkat Keparahan Skoliosis

Dokter juga dapat melihat tanda-tanda kedewasaan tulang dengan x-ray dengan melihat Risser sign, serta menanyakan tanda-tanda perkembangan seksual sekunder seperti usia awal menstruasi pada perempuan atau kapan pecah suara pada anak laki-laki.

Risser-Sign-Complit

Pemeriksaan Tambahan MRI

Adanya rotasi pada tulang belakang menyebabkan struktur yang menempel pada tulang ikut berputar, sehingga secara fisik tampak adanya punuk di daerah punggung ataupun pinggang, tergantung lokasi puncak kelengkungan skoliosisnya. Pemeriksaan dengan MRI jarang dilakukan kecuali jika ada kecurigaan penyebab lain dari scoliosis, atau ada gejala neurologis yang mengganggu.

MRI Scoliosis: Kiri pada pasien scoliosis, kanan pada orang norma

Tujuan pengobatan skoliosis pada usia anak dan dewasa

Tujuan pengobatan skoliosis pada anak adalah untuk mencegah perburukan scoliosis, mengurangi derajat kurva, memperbaiki tampilan tubuh dan fungsi tubuh, serta memperbaiki kepercayaan diri pasien.

Pada usia anak, tulang masih bertumbuh sehingga masih ada kesempatan untuk melakukan koreksi pada tulang belakang secara lebih optimal.

Sedangkan pada usia dewasa dimana sudah tidak ada lagi pertumbuhan tulang, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah perburukan, memperbaiki tampilan tubuh, dan mengurangi gejala nyeri akibat masalah tulang belakang ini.


Pengobatan Penyakit Skoliosis

Pengobatan penyakit scoliosis ditentukan berdasarkan hal hal di bawah ini:

  • Usia dan kematangan tulang belakang – apakah tulang belakang dari pasien masih tumbuh dan berubah?
  • Derajat kelengkungan – seberapa parah kurva dan bagaimana hal itu memengaruhi gaya hidup pasien?
  • Lokasi kurva – menurut beberapa ahli, kurva toraks lebih mungkin untuk berkembang daripada kurva di daerah tulang belakang lainnya.
  • Kemungkinan perkembangan kurva – pasien dengan kurva besar sebelum pertumbuhan remaja maka akan lebih cenderung mengalami perkembangan kurva lebih cepat.
  • Jenis scoliosis – apakah tipe idiopatik atau tipe lainnya.
  • Gejala yang dirasakan pasien – apa mengganggu dalam kehidupan pasien sehari-hari.

Setelah melakukan assessment menyeluruh maka opsi perawatan penyakit scoliosis berikut yang mungkin direkomendasikan:

1. Pengamatan/observasi

Pada pasien dengan scoliosis ringan mungkin tidak memerlukan perawatan, apalagi pada usia dewasa. Namun, pada usia anak dengan derajat 10-15 derajat maka dokter masih khawatir kurva akan meningkat, sehingga disarankan pemeriksaan ulang setelah 6 bulan.

2. Latihan Schroth

Pada pasien usia anak dengan kurva di atas 10 derajat maupun pada pasien dewasa disarankan melakukan latihan Schroth yang merupakan terapi spesifik untuk scoliosis yang bertujuan melatih kekuatan otot agar lebih seimbang, mengurangi rasa dan memiliki postur tubuh yang lebih baik.

Latihan Schroth merupakan metode yang berasal dari Jerman, yang telah terbukti efektivitasnya dan diterapkan di berbagai negara sebagai terapi konservatif terbaik untuk scoliosis. Konsep latihan Schroth memfokuskan pada latihan pernafasan rotasional dan perbaikan posisi tulang belakang melalui posisi lordosis dan side shift.

Free Trial Latihan Schroth Untuk Skoliosis >> Klik disini

Latihan Schroth telah dikembangkan menjadi program latihan yang mudah dilakukan oleh pasien melalui program Schroth Best Practice. Sehingga saat ini pasien hanya perlu mempelajari gerakan latihan sesuai dengan kurva scoliosisnya, dan selanjutnya dapat mengerjakan latihan secara mandiri di rumah. Hal ini sangat memudahkan pasien dan membantu progress terapinya.

Program Schroth Best Practice juga mengajarkan pasien scoliosis untuk memanfaatkan prinsip Schroth dalam aktivitas sehari-hari yang disebut juga Activity Daily Living (ADL). Melalui ADL pasien belajar posisi istirahat dimana tulang belakang tetap berada dalam posisi korektif sehingga mengurangi beban asimetris pada tulang belakang dan bantalan antar tulang.

3. Brace GBW

Pada anak dengan derajat kurva di atas 20 derajat, atau pada pasien yang telah lewat dari masa pertumbuhan tetapi memiliki scoliosis di atas 40 derajat maka disarankan menggunakan brace GBW (Gensingen brace by Weiss).

Brace Skoliosis GBW

Brace GBW adalah penyangga tulang belakang untuk penderita scoliosis yang berfungsi untuk mengkoreksi kemiringan dan perputaran tulang pada scoliosis, yang menggunakan teknologi 3D dari Jerman. Brace GBW bersifat rigid dan asimetris, yang dibentuk sesuai tipe kurva pasien, sehingga bersifat spesifik dan efektif untuk memberi koreksi yang maksimal. Proses pembuatan brace ini juga cepat dan nyaman bagi pasien.

Kelebihan Brace GBW

Selain efektivitas brace yang tinggi, brace GBW ini juga lebih nyaman digunakan karena lebih ringan, dan tidak menekan di kedua sisi tubuh, sehingga tidak mengganggu gerakan pernafasan dan pasien masih dapat beraktivitas secara normal.

Brace GBW disarankan digunakan secara full-time yaitu 20-22 jam, dan akan disesuaikan durasi pemakaiannya sesuai perkembangan pasien.


Kondisi khusus pada Skoliosis

Skoliosis dan Kehamilan

Skoliosis pada ibu hamil seringkali menjadi salah satu kekhawatiran yang dimiliki oleh pasien skoliosis. Bahkan banyak pasien yang takut tidak dapat hamil atau kesulitan melahirkan akibat skoliosis yang mereka miliki. Pada dasarnya setiap kehamilan memiliki resiko, baik dengan ataupun tanpa skoliosis. Akan tetapi, tenang saja karena skoliosis tidak menyebabkan kemandulan dan tidak mengurangi kemungkinan untuk hamil.

Pada artikel berikut ini kami akan menjelaskan berbagai pertanyaan yang sering ditanyakan pasien seputar skoliosis dan kehamilan.

Skoliosis dan Persalinan

Olahraga

Ada juga beberapa gerakan yang harus dihindari pada penderita scoliosis. selengkapnya dapat dibaca disini.


Operasi Skoliosis – Apakah Perlu?

Selain dengan terapi konservatif, pengobatan penyakit scoliosis ini juga mungkin dilakukan dengan operasi.

Keputusan untuk menjalani operasi skoliosis umumnya didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk tingkat keparahan lengkungan tulang belakang, adanya gejala yang memburuk, dan respons terhadap terapi konservatif.

Operasi scoliosis dikenal dengan nama spinal fusion / fusi tulang belakang, bertujuan untuk mensejajarkan tulang belakang dan menyatukan dengan plat agar menjadi lebih tegak. Operasi dapat dilakukan dengan atau tanpa dekompresi, sesuai ada tidaknya gejala penekanan pada saraf.

Operasi scoliosis termasuk operasi yang besar, berkisar antara 4-6 jam, dan membutuhkan proses penyembuhan dan rehabilitasi cukup panjang sekitar 1 tahun.

Biasanya dilakukan setelah tulang matur dan pertumbuhan selesai, kecuali pada kasus khusus dimana derajat scoliosis membesar dengan cepat walaupun sudah dilakukan terapi konservatif yang adekuat.

Baca juga >> Ketahui Efek Samping dan Bahaya Pasca Operasi Skoliosis!

operasi scoliosis


Pertanyaan Umum Yang Sering Ditanyakan

Skoliosis apa bisa sembuh total ?

Penderita scoliosis bisa sembuh total bahkan tanpa operasi, asal dengan penanganan secara tepat. Penanganan scoliosis ini meliputi penggunaan brace skoliosis yang berkualitas, terapi scoliosis yang tepat, pola makan dan pola hidup keseluruhan penderita.

Apakah mungkin mengidap scoliosis tanpa menunjukkan gejala?

Ya, beberapa individu dapat mengidap scoliosis tanpa menunjukkan gejala yang jelas. Oleh karena itu, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin sangat penting

Bagaimana pengaruh makanan dan nutrisi terhadap scoliosis?

Nutrisi yang baik dapat mendukung kesehatan tulang dan otot, tetapi belum ada bukti kuat yang menunjukkan hubungan langsung antara makanan dan perkembangan scoliosis.

Apakah ada hubungan antara postur tidur dan perkembangan scoliosis?

Meskipun belum sepenuhnya terbukti, beberapa penelitian menunjukkan bahwa postur tidur yang baik dapat berperan dalam mencegah perkembangan scoliosis pada anak-anak.

Apakah scoliosis dapat dihubungkan dengan kondisi medis lainnya?

Scoliosis kadang-kadang dapat terkait dengan kondisi medis lainnya, seperti sindrom genetik atau kelainan tulang lainnya.

Malcare WordPress Security