Pigeon chest, atau yang disebut juga pectus carinatum dalam bahasa medis, merupakan kondisi yang menggambarkan suatu kelainan (deformitas) pada dinding dada dimana tulang dada menonjol keluar, sedangkan kondisi sebaliknya yaitu tulang dada bertumbuh ke arah dalam disebut dada cekung atau pectus excavatum.

Meskipun kondisi ini tidak mengancam jiwa, namun penderitanya dapat mengalami beban secara psikis.

Pigeon chest ditemukan pada 1 dari 1.500 anak dan jumlah penderita anak laki-laki 4 kali lebih banyak dari anak perempuan. Kebanyakan pigeon chest baru tampak saat penderitanya berusia 10 hingga 14 tahun dimana pertumbuhan badan sedang pesat. Pada beberapa kasus, orangtua sudah menyadari adanya kelainan ini saat bayinya baru lahir dan semakin jelas saat usianya menginjak 2 tahun.

Terdapat 2 jenis pigeon chest yang dibedakan dari letaknya, yaitu:

  • Chondrogladiolar dimana penonjolan terjadi pada kelompok tulang rusuk bagian tengah hingga bawah. Tipe ini ditemukan pada 95% penderita dan cenderung lebih mudah untuk dikoreksi karena struktur tulang yang lebih panjang dan lebih lentur.
  • Chondromanubrial dimana penonjolan terjadi pada kelompok tulang rusuk bagian atas dan biasanya simetris kanan dan kiri. Tipe ini lebih sulit untuk dikoreksi karena tulang iga pada bagian ini lebih pendek dan lebih kaku

Penyebab Pigeon Chest

Pigeon chest timbul akibat pertumbuhan tidak terkontrol pada tulang rawan yang menghubungkan tulang dada dan tulang iga sehingga tulang dada (sternum) tampak menonjol. Penyebab utama dari timbulnya kelainan ini belum diketahui, namun kejadiannya diduga terkait dengan adanya peranan komponen genetik meskipun tidak selalu ditunjukkan dengan anggota keluarga lain yang mengalami hal serupa.

Pectus carinatum umumnya merupakan kelainan tunggal, namun pada sebagian kasus, kondisi ini berhubungan dengan sindrom atau penyakit lainnya seperti:

Skoliosis merupakan bentuk kelainan Tulang belakang yang muncul pada saat tumbuh dan kembang anak paling pesat yaitu 0-6 tahun dan 10-14 tahun. Masalahnya adalah tidak adanya keluhan pada anak yang seringkali membuat orang tua tidak mengerti dan tau betapa Scoxliosis itu mengancam tumbuh kembang sang anak.

Orang tua pasti ingin yang terbaik bagi tumbuh dan kembang anaknya. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya bertumbuh dengan badan yang bengkok ataupun bongkok. Tetapi cuma ingin saja kadang tidak cukup. Kita harus dibekali dengan pengetahuan yang benar dan tepat. Lalu, Deteksi dini memang harus dilakukan agar penyembuhan skoliosis bisa cepat.

  • Marfan Syndrome
  • Noonan Syndrome
  • Turner Syndrome
  • Trisomi 21
  • Homosistinuria
  • Osteogenesis Imperfecta

Selain itu pigeon chest juga sering ditemukan pada penderita riketsia (kekurangan vitamin D pada anak) yang kemungkinan disebabkan oleh penumpukan osteoid (calon tulang baru) yang tidak termineralisasi. Terdapat beberapa kasus pigeon chest terjadi setelah operasi dada atau mengikuti penyakit asma yang tidak terkontrol, namun frekuensinya sangat jarang.

Gejala Pigeon Chest

Pada kebanyakan kasus, tidak ada gejala lain yang dirasakan oleh penderita selain adanya kelainan dari struktur tulang dada. Beberapa penderita mengeluhkan gejala yang kemungkinan disebabkan oleh rongga dada yang menonjol keluar dan kaku sehingga otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja setiap saat. Hal ini memicu kelelahan sehingga pertukaran gas pada paru-paru menjadi tidak efektif. Contoh gejala yang dapat ditimbulkan karena hal ini antara lain nafas dangkal yang diperparah dengan aktivitas berat, denyut nadi cepat, nyeri dada, dan mudah lelah. Selain itu, frekuensi serangan asma dan infeksi saluran nafas menjadi meningkat pada kasus sedang hingga berat. Nyeri yang muncul pada area kulit dimana dinding dada menonjol juga dikeluhkan oleh beberapa penderita. Gejala lain yang dikeluhkan biasanya terkait dengan sindrom lain yang menyertai pigeon chest.

Selain dari gejala di atas, salah satu yang perlu dipikirkan adalah dampak secara psikologis terhadap anak atau remaja dengan kondisi pigeon chest. Banyak yang merasa rendah diri karena memiliki kondisi ini dan akhirnya perasaan tersebut berkembang menjadi gangguan cemas atau depresi. Sebuah riset juga menunjukkan bahwa pigeon chest menimbulkan efek negatif terhadap kemampuan penderitanya untuk berinteraksi sosial. 

Diagnosis Pigeon Chest

Untuk mendiagnosa pectus carinatum, dokter akan memeriksa struktur dada dan melihat bagaimana pola pertumbuhan dari tulang dada dan tulang iga. Agar lebih rinci, dokter akan melakukan pencitraan dengan rontgen agar kondisi dari organ-organ di dalam rongga dada juga dapat dievaluasi. Pada kasus yang lebih berat, pencitraan dengan Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) akan diperlukan, terutama apabila operasi dibutuhkan untuk terapi.

Pemeriksaan fungsi paru akan dilakukan apabila terdapat keluhan yang mengarah pada gangguan paru. Begitu pula dengan jantung, electrocardiogram atau echocardiogram dilakukan apabila terdapat keluhan terkait gangguan pada jantung. Selain itu, pemeriksaan tambahan lainnya juga akan dilakukan untuk mencari tahu atau mengevaluasi penyakit atau sindrom lain yang mendasari kondisi pigeon breast.

Terapi Pigeon Chest

Kasus pigeon chest yang ringan biasanya tidak membutuhkan terapi, namun terapi dapat diberikan dengan alasan psikologis dan kosmetik untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Terapi pada pigeon chest umumnya dilakukan saat menginjak usia 10 tahun

1. Terapi ortotik

Anak-anak dengan keparahan pigeon chest sedang ke berat dapat diterapi menggunakan alat bantu. Contoh alat yang sering digunakan adalah chest wall brace. Brace khusus tersebut digunakan untuk memberikan tekanan ringan pada dada sehingga dapat membentuk dan merubah posisi dari tulang-tulang pada bagian dada. Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk pemakaian alat  ini agar mendapat brace dengan ukuran yang sesuai.

Chest wall brace harus digunakan setiap hari selama minimal 8 jam. Terapi ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 2 tahun (minimal 6 bulan) tergantung pada usia anak, seberapa kaku tulang dada, dan tingkat keparahan pigeon chest. Semakin sering brace digunakan, semakin besar kemungkinan koreksi berhasil. Banyak yang menggunakan terapi ini sebagai pilihan karena tingkat kesuksesannya yang tinggi serta dapat mengurangi resiko pembedahan

2. Pembedahan

Terapi dengan pembedahan mungkin dibutuhkan untuk pigeon chest dengan tingkat keparahan yang berat atau pada kasus pigeon chest yang tidak bisa dikoreksi dengan chest wall brace.

3. Fisioterapi dan latihan fisik

Terapi dengan latihan fisik sendiri tanpa disertai terapi lainnya mungkin hanya dapat berhasil pada kasus-kasus pigeon chest yang ringan. Latihan fisik untuk pigeon chest menargetkan otot yang mengelilingi tonjolan di dada agar tampilannya dapat tersamarkan.

Tujuan dari terapi fisik untuk pigeon chest diantaranya:

  • Membuat jaringan ikat pada dada yang kaku menjadi lebih lentur
  • Meningkatkan fleksibilitas gerakan dinding dada dan tulang belakang
  • Memperkuat otot yang diperlukan untuk pengembangan dada
  • Mengembalikan dan memelihara postur tubuh ideal
  • Meningkatkan dan mempertahankan fungsi paru

Berikut adalah beberapa contoh latihan yang dapat dilakukan di rumah untuk penderita pigeon chest. Masing-masing gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 30 kali dalam sehari. Jangan lupa untuk berkonsultasi dulu dengan dokter atau terapis untuk menyesuaikan latihan yang cocok untuk Anda.

  • Standing Shoulder Horizontal Abduction with Resistance

Berdiri dengan tegak sambil memegang resistance band dengan kedua tangan. Kemudian gerakkan kedua tangan ke masing-masing sisi hingga kedua tangan sejajar dan membentuk garis lurus. Setelah itu kembali ke posisi semula. Pastikan tangan selalu sejajar dengan bahu dan Anda akan merasakan kedua tulang belikat seperti diremas.

  • Standing Scapular Retraction

Berdiri tegak dengan kedua lengan berada di samping tubuh. Kemudian gerakkan kedua bahu ke arah belakang sehingga tulang belikat saling berdekatan setelah itu kembalikan ke posisi semula.

  • Standard Plank

Mulai dengan posisi tengkurap, kemudian angkat seluruh tubuh anda dan topang dengan siku dan kaki bagian depan. Tahan selama beberapa saat kemudian kembali ke posisi tengkurap untuk beristirahat.

  • Bird Dog

Posisikan tubuh Anda seperti akan merangkak dengan tangan diletakkan di lantai sejajar dengan bahu. Angkat dan luruskan satu lengan beserta satu kaki sisi yang berlawanan kemudian hingga sejajar dengan tubuh. Tahan posisi ini selama beberapa detik dan kembalikan ke posisi semula.

  • Kneeling Push Up

Lakukan gerakan push up dengan lutut tetap menyentuh permukaan lantai. Secara perlahan, turunkan dada dan perut hingga menyentuh lantai kemudian angkat kembali badan Anda seperti push up.

Malcare WordPress Security