Pengertian Cervical Syndrome

Cervical Syndrome adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan perubahan tulang belakang di area leher dan jaringan lunak yang mengelilinginya (otot, serabut saraf, diskus).

Gejala utama dari cervical syndrome adalah nyeri pada leher. Nyeri leher ini dapat menjalar ke bahu, punggung atas, kedua lengan serta tangan. Beberapa juga disertai keluhan nyeri kepala, pusing, dan lemas. Cervical syndrome dapat mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderitanya.

Menurut studi dari National Institutes of Health mengenai cervical syndrome, nyeri atau keluhan leher merupakan masalah umum yang banyak dihadapi oleh populasi di dunia.  Sebanyak 2/3 dari total populasi dunia, pernah mengeluhkan nyeri leher di satu waktu sepanjang hidupnya, dengan prevalensi tertinggi pada usia 40-50 tahun.

Belakangan ini, kasus Cervical syndrome semakin banyak ditemui di masyarakat. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup modern yang berpengaruh terhadap kebiasaan postur sehari-hari. Contohnya, kebiasaan duduk bekerja dengan laptop dalam waktu yang lama dengan posisi kepala menunduk. Postur ini akan memberikan stress dan tekanan berlebih pada tulang belakang leher, yang kemudian menimbulkan keluhan Cervical Syndrome.

Apa Saja Penyebab dari Cervical Syndrome

Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian, yaitu: leher (cervical), punggung (thoracal), dan pinggang (lumbal). Tulang belakang bagian leher (cervical) terbentuk dari 7 ruas tulang (vertebra) yang terpisahkan oleh diskus (bantalan sendi). Struktur diskus ini berfungsi untuk menyerap benturan (shock absorber) pada masing-masing vertebra.

Perubahan struktur di area leher yang terjadi dan dapat menyebabkan cervical syndrome, antara lain : 

1. Degenerasi (proses penuaan)

Seiring bertambahnya usia, diskus intervertebralis (bantalan di antara tulang belakang) akan semakin menipis dan tidak elastis.

2. Herniasi 

Pertambahan usia menyebabkan diskus menjadi lebih mudah untuk robek dan menyebabkan isinya keluar. Kondisi ini disebut “herniasi diskus” dan dapat menyebabkan penekanan pada saraf spinalis yang kemudian dapat menimbulkan keluhan nyeri, kesemutan dan rasa baal.

3. Osteoarthritis 

Osteoarthritis merupakan kondisi dimana celah sendi antar tulang belakang mengalami peradangan yang disebabkan oleh proses penuaan (degenerasi)

4. Tonjolan tulang 

Ketika kartilago pada sendi pada vertebra mengalami degenerasi dan tulang saling bergesekan, maka akan terjadi pertumbuhan tulang pada ujung vertebra. Pertumbuhan ini dapat menimbulkan gejala nyeri atau tidak ada gejala sama sekali. 

5. Ligamen kaku

Ligamen adalah struktur jaringan ikat yang menghubungkan antar tulang. Ligamen pada tulang belakang dapat menjadi semakin kaku seiring bertambahnya usia, dan kemudian menyebabkan gerakan leher menjadi kurang fleksibel.

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan cervical syndrome, diantaranya :

  1. Usia tua
  2. Kebiasaan merokok
  3. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat cervical syndrome
  4. Pekerjaan yang melibatkan gerakan leher berulang
  5. Kebiasaan sehari-hari dengan postur yang buruk atau posisi kepala yang sama dalam waktu yang lama
  6. Riwayat trauma atau cedera leher
  7. Melakukan pekerjaan angkat berat

Diagnosis Cervical Syndrome

Sebagai tahap awal dalam penegakan diagnosis, dokter akan mengajukan berbagai pertanyaan mengenai keluhan yang Anda alami. Anda akan ditanya mengenai gejala apa saja yang dirasakan, termasuk durasi gejala dan juga frekuensinya. Dokter juga akan bertanya mengenai faktor risiko yang Anda miliki, riwayat cedera, riwayat kesehatan secara menyeluruh, dan juga obat-obatan yang rutin Anda konsumsi. Berterus terang dengan dokter yang merawat akan sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan mencari tahu penyebab utamanya sehingga terapi yang diberikan menjadi tepat sasaran.

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang relevan dengan nyeri leher yang Anda rasakan.

Setelah itu, Dokter dapat merekomendasikan Anda untuk melakukan pemeriksaan penunjang tambahan untuk mengetahui penyebab Cervical Syndrome, di antaranya: pemeriksaan X-Ray, CT scan, atau MRI.

Bagaimana Cara Mengobati Cervical Syndrome? 

  • Mengkonsumsi obat antiinflamasi non steroid (NSAID) seperti ibuprofen atau naproxen untuk meredakan rasa nyeri yang mengganggu. Obat pelemas otot (muscle relaxants) juga dapat ditambahkan oleh Dokter Anda.
  • Modifikasi aktivitas dan memperbaiki postur tubuh dalam beraktivitas sehari-hari, agar tidak terlalu banyak memberikan tekanan dan beban pada tulang belakang cervical. Misalnya dengan menggunakan meja kerja berdiri, memposisikan laptop lebih tinggi agar sejajar dengan padangan mata, mengurangi beban tas dan membagi sama rata di kedua bahu dengan menggunakan tas ransel.
  • Gunakan kompres dingin atau hangat selama 20 hingga 30 menit untuk beberapa kali dalam sehari di area leher belakang untuk mengurangi kekakuan otot leher dan bahu.
  • Fisioterapi, beberapa gerakan latihan yang spesifik dapat membantu mengurangi spasme otot, meregangkan otot yang terlalu kencang dan menguatkan otot yang lemah. Fisioterapis juga akan mengajarkan postur tubuh yang baik dan benar dalam beraktivitas sehari-hari, terutama postur yang mempengaruhi tulang belakang cervical.
  • Modality Treatment, terapi High Intensity Laser (HIL). Digunakan sebagai alat terapi non-invasif di berbagai pusat rehabilitasi, ortopedi, dan neurologi di seluruh dunia. HIL menggunakan energi yang lebih tinggi sehingga dapat menghantarkan jumlah energi yang sama dalam waktu lebih singkat, penetrasi lebih dalam, dan mempercepat proses perbaikan pada berbagai gangguan muskuloskeletal, penyembuhan luka, dan meredakan nyeri. 
HIL
  • Akupuntur Medik, secara ilmiah, akupunktur medik terbukti dapat meredakan proses peradangan (inflamasi) dan merangsang proses penyembuhan (healing) pada tingkat sel, serta dapat merangsang pelepasan zat neurohormonal tertentu yang dapat mengurangi rasa nyeri.

Apabila gejala masih menetap dan mengganggu, dokter dapat memberikan pilihan terapi lainnya seperti:

  • Terapi non operatif

Injeksi kortikosteroid pada lokasi nyeri, biasanya dapat membantu meredakan nyeri dalam waktu singkat (short-term). Tindakan injeksi sebaiknya dilakukan oleh Dokter yang berpengalaman.

  • Terapi operatif

Operasi pada umumnya jarang direkomendasikan pada kasus Cervical Syndrome, kecuali jika Dokter menemukan adanya herniasi diskus atau jepitan saraf tulang belakang.

Malcare WordPress Security